Seputar Bali

Melaksanakan Tumpek Wariga, Ini Dewa yang Dipuja, 25 Menuju Galungan

doa dan rangkaian galungan

BALIKONTEN.COM – Mengawali rangkaian Galungan dan Kuningan yang datang setiap 6 bulan sekali, umat Hindu melaksanakan Tumpek Wariga.

Di mana dalam melaksanakan Tumpek Wariga identik dengan otonan tumbuh-tumbuhan. Lantas, siapa yang dipuja ketika melaksanakan Tumpek Wariga?

Apa banten yang digunakan untuk melaksanakan Tumpek Wariga dan tentunya dalam artikel ini juga dilengkapi dengan doa atau mantra yang digunakan untuk melaksanakan Tumpek Wariga.

Saniscara Kliwon Wuku Wariga umat Hindu melaksanakan Tumpek Wariga atau Tumpek Bubuh. Rainan ini menjadi awal dari rangkaian Galungan dan Kuningan atau tepatnya 25 hari menuju Galungan Kuningan.

Tumpek Wariga berkaitan dengan “otonan tumbuh-tumbuhan” dan umat Hindu melaksanakan pemujaan kepada Dewa Sangkara dengan memohon agar tumbuh-tumbuhan bisa tumbuh subur dan berbuat lebat.

Tumpek Wariga adalah rainan Hindu yang datang setiap 6 bulan sekali. Rainan ini jatuh pada Saniscara Kliwon Wuku Wariga.

Tumpek Wariga memiliki nama lebih dari satu seperti Tumpek Pengatag, Tumpek Uduh atau Bubuh hingga Tumpek Pengarah.

Tumpek Wariga menjadi awal dari rangkaian Galungan dan Kuningan. Saat melaksanakan Tumpek Wariga, umat Hindu menghaturkan banten bubuh pada batang pepohonan.

BACA JUGA:  Ketahui Daftar Rahinan Kajeng Kliwon Bulan November 2024

Pada saat Tumpek Pengarah ini diingat berarti Galungan akan tiba 25 hari berikutnya. Ketika menghaturkan sesajen dibarengi dengan pengucapkan sesontengan “dadong-dadong, i kaki dija, i kaki jumah, i kaki gelem, nged…, nged…, nged…”.

Dapun filosofi penggunaan bubuh pada banten atau sesajan adalah simbol dari pupuk. Saat Tumpek Wariga, umat melaksanakan pemuja kepada Sang Hyang Sangkara yakni Dewa Tumbuhan yang menguasai Bhuwana Agung dan juga Bhuawa Alit.

BACA JUGA:  Kunci Gitar Lagu Pejuang Garis Dua Ary Kencana ft Neli Amabarawati

Dalam pelaksanaannya Tumpek Wariga menggunakan sarana banten prass, nasi tulung sesayut, tumpeng, bubur sumsum, tumpeng agung dan banten tambahan lainnya.

Namun hal ini tentu menyesuaikan dengan Desa Kala Patra serta kemampuan umat.

Itulah penjelasan singkat tentang Tumpek Bubuh atau Tumpek Wariga yang menjadi awal dari rangkaian Galungan dan kuningan di Bali. ***

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE

Shares: