DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Hari Raya Saraswati merupakan hari suci dalam agama Hindu yang didedikasikan untuk menghormati ilmu pengetahuan sebagai anugerah tertinggi dari Tuhan. Dirayakan setiap enam bulan sekali pada hari Sabtu Umanis Watugunung dalam kalender Bali, hari ini menjadi momentum bagi umat Hindu untuk mengingat pentingnya ilmu sebagai pencerah kehidupan.
Filosofi di Balik Hari Raya Saraswati
Dalam ajaran Hindu, ilmu pengetahuan digambarkan sebagai sesuatu yang suci dan harus dicari dengan niat yang murni. Dalam teks-teks Hindu, Hari Saraswati dikenal sebagai “Hyang-Hyangning Pangeweruh,” yang berarti ilmu pengetahuan yang bersumber dari Yang Maha Suci.
Konsep ini juga ditekankan dalam Kakawin Nitisastra IV, 19, yang menyebutkan bahwa ilmu (guna) dapat menyebabkan timira (kemabukan). Mabuk akan ilmu merupakan salah satu unsur dari Sapta Timira—tujuh jenis kemabukan yang dapat menyesatkan manusia. Oleh karena itu, ilmu harus dimanfaatkan untuk tujuan yang luhur dan tidak sekadar menjadi alat untuk kepentingan pribadi.
Dalam perjalanan spiritual, seseorang yang mampu mengendalikan diri dari kemabukan ilmu dapat mencapai jenjang “Pinandita,” yang menjadi langkah awal menuju tingkat yang lebih tinggi, yaitu “Pandita” melalui proses “Diksita.”
Jenis-Jenis Ilmu dalam Hindu
Dalam ajaran Hindu, ilmu dibagi menjadi dua kategori utama:
- Para Widya – Ilmu suci yang membangun kesadaran spiritual dan memberikan fondasi moral bagi kecerdasan intelektual.
- Apara Widya – Ilmu duniawi yang berhubungan dengan keterampilan teknis dan ilmu pengetahuan empiris.
Ilmu yang sejati adalah ilmu yang memiliki landasan spiritual, yang membangun keseimbangan antara kecerdasan intelektual, kepekaan emosional, dan kesadaran sosial. Dalam Pustaka Bhuwana Kosa VIII.2-3 disebutkan bahwa ada lima jenis penyucian (sauca), salah satunya adalah Jnyana Sauca, atau penyucian melalui ilmu pengetahuan, yang dianggap paling utama dibandingkan bentuk penyucian lainnya.
Peran Dewi Saraswati dalam Ilmu Pengetahuan
Dewi Saraswati merupakan manifestasi Tuhan sebagai sumber ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan. Ia adalah sakti dari Dewa Brahma, yang melambangkan penciptaan. Dalam Wrehaspati Tattwa 14, konsep “sakti” didefinisikan sebagai “Sarwa Jnyana Sarwa Karta,” yang berarti kekuatan dari pengetahuan yang luas dan kemampuan untuk berkarya berdasarkan ilmu yang dimiliki. Dengan demikian, perayaan Saraswati adalah bentuk penghormatan terhadap ilmu sebagai bagian dari perjalanan spiritual manusia.
Rangkaian Upacara Hari Raya Saraswati
Upacara Saraswati dimulai dengan persembahan Banten Saraswati, yang terdiri dari daksina, beras wangi, dan air kumkuman yang diletakkan di depan pustaka suci. Salah satu elemen unik dalam banten ini adalah jaja cacalan berbentuk cecek (cicak), yang dianggap memiliki makna filosofis mendalam.
Dalam konteks spiritual, cecek melambangkan kesempurnaan dan keterhubungan tanpa batas, yang mengingatkan umat akan pentingnya ilmu dalam mencapai kebijaksanaan sejati.
Upacara utama, yang disebut Ngelinggihang Dewi Saraswati, bertujuan untuk “memberi jiwa” pada pustaka atau kitab-kitab suci. Setelah itu, umat Hindu melakukan nunas Tirtha Saraswati, atau permohonan air suci, yang dilengkapi dengan bunga, menyan astanggi, dan beras kuning. Beberapa mantra yang diucapkan selama prosesi ini antara lain:
- Om, Saraswati namostu bhyam, Warade kama rupini, Siddha rastu karaksami, Siddhi bhawantume sadam.
Artinya: Om, Dewi Saraswati yang maha mulia dan indah, semoga kami selalu dilimpahi kekuatan dan kebijaksanaan.
Setelah banten saraswati dipersiapkan, selanjutnya dilakukan nunas (memohon) Tirtha Saraswati dengan sarana: air, bija, menyan astanggi dan bunga. Caranya sebagai berikut:
- Ambil setangkai bunga, pujakan mantra: Om, puspa danta ya namah.
- Sesudahnya dimasukkan kedalam sangku. Ambil menyan astanggi, dengan mantram “Om, agnir, jyotir, Om, dupam samar payami”.
- Kemudian masukkan ke dalam pedupaan (pasepan).
- Ambil beras kuning dengan mantram : “Om, kung kumara wijaya Om phat”.
- Masukkan kedalam sesangku.
- Setangkai bunga dipegang, memusti dengan anggaranasika, dengan mantram:
Om, Saraswati namostu bhyam Warade kama rupini Siddha rastu karaksami Siddhi bhawantu sadam.
Artinya: Om, Dewi Saraswati yang mulia dan maha indah,cantik dan maha mulia. Semoga kami dilindungi dengan sesempurna-sempurnanya. Semoga kami selalu dilimpahi kekuatan.
Om, Pranamya sarwa dewanca para matma nama wanca. rupa siddhi myaham.
Artinya: Om, kami selalu bersedia menerima restuMu ya para Dewa dan Hyang Widhi, yang mempunyai tangan kuat. Saraswati yang berbadan suci mulia.
Om Padma patra wimalaksi padma kesala warni nityam nama Saraswat.
Artinya: Om, teratai yang tak ternoda, Padma yang indah bercahaya. Dewi yang selalu indah bercahaya, kami selalu menjungjungMu Saraswati.
-
Sesudahnya bunga itu dimasukkan kedalam sangku. Sekian mantram permohonan tirta Saraswati. Kalau dengan mantram itu belum mungkin, maka dengan bahasa sendiripun tirta itu dapat dimohon, terutama dengan tujuan mohon kekuatan dan kebijaksanaan, kemampuan intelek, intuisi dan lain-lainnya.
-
Setangkai bunga diambil untuk memercikkan tirtha ke pustaka-pustaka dan banten-banten sebanyak 5 kali masing-masing dengan mantram:
- Om, Saraswati sweta warna ya namah.
- Om, Saraswati nila warna ya namah.
- Om, Saraswati pita warna ya namah.
- Om, Saraswati rakta warna ya namah.
- Om, Saraswati wisma warna ya namah.
-
Kemudain dilakukan penghaturan (ngayaban) banten-banten kehadapan Sang Hyang Aji Saraswati
-
Selanjutnya melakukan persembahyangan 3 kali ditujukan ke hadapan :
- Sang Hyang Widhi (dalam maniftestasinya sebagai Çiwa Raditya).
Om, adityo sya parajyote rakte tejo namastute sweta pangkaja madyaste Baskara ya namo namah.
Om, rang ring sah Parama Çiwa Dityo ya nama swaha
Artinya: Om, Tuhan Hyang Surya maha bersinar-sinar merah yang utama. Putih laksana tunjung di tengah air, Çiwa Raditya yang mulia.Om, Tuhan yang pada awal, tengah dan akhir selalu dipuja.
-
- Sang Hyang Widhi (dalam manifestasinya sebagai Tri Purusa)
Om, Pancaksaram maha tirtham, Papakoti saha sranam Agadam bhawa sagare. Om, nama Çiwaya.
Artinya: Om, Pancaksara Iaksana tirtha yang suci. Jernih pelebur mala, beribu mala manusia olehnya. Hanyut olehnya ke laut lepas.
-
- Dewi Saraswati
Om, Saraswati namostu bhyam, Warade kama rupini, Siddha rastu karaksami, Siddhi bhawantume sadam.
Artinya: Om Saraswati yang mulia indah, cantik dan maha mulia, semoga kami dilindungi sesempurna-sempurnanya, semoga selalu kami dilimpahi kekuatan.
Sesudah sembahyang dilakukan metirtha dengan cara-cara dan mantram-mantram sebagai berikut :
Meketis 3 kali dengan mantram:
Om, Budha maha pawitra ya namah.
Om, Dharma maha tirtha ya namah.
Om, Sanghyang maha toya ya namah.
Minum 3 kali dengan mantram:
Om, Brahma pawaka.
Om, Wisnu mrtta.
Om, Içwara Jnana.
Meraup 3 kali dengan mantram :
Om, Çiwa sampurna ya namah.
Om, Çiwa paripurna ya namah.
Om, Parama Çiwa suksma ya namah.
Setelah sembahyang, umat Hindu melakukan metirtha, yaitu penyucian diri dengan air suci, sebagai simbol pembersihan pikiran dan hati agar selalu terbuka terhadap ilmu yang benar.
Banyupinaruh: Penyucian Diri dengan Air Suci
Sehari setelah Saraswati, umat Hindu merayakan Banyupinaruh, yang bermakna pembersihan diri dengan air sebagai simbol kebijaksanaan. Tradisi ini dilakukan dengan mandi di sumber air seperti sungai, danau, atau laut, sebagai bentuk penyucian lahir dan batin. Prosesi ini melambangkan kesadaran bahwa ilmu yang sejati harus senantiasa diperbaharui dan dipelihara dengan kejernihan hati.
Relevansi Hari Saraswati di Era Modern
Di zaman modern, Hari Saraswati memiliki makna yang semakin relevan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dimanfaatkan dengan bijak, bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk kebaikan bersama. Penyalahgunaan ilmu dan teknologi sering kali menyebabkan kerusakan lingkungan dan ketimpangan sosial. Oleh karena itu, Saraswati mengajarkan bahwa ilmu yang sejati adalah ilmu yang dilandasi dengan kasih sayang (asih) dan pengabdian (punia) kepada sesama.
Hari Raya Saraswati bukan sekadar ritual, melainkan pengingat bahwa ilmu adalah cahaya yang membimbing manusia menuju kehidupan yang lebih baik. Dengan niat suci dan penggunaan yang tepat, ilmu dapat menjadi alat untuk mencapai kebahagiaan sejati dan kedamaian dalam kehidupan. ***