DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Pagerwesi merupakan salah satu hari suci bagi umat Hindu yang diperingati setiap Rabu Kliwon wuku Sinta, tepat empat hari setelah Hari Saraswati. Perayaan ini ditujukan untuk memuliakan Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sanghyang Pramesti Guru, yakni Tuhan sebagai guru alam semesta.
Makna di Balik Nama Pagerwesi
Secara etimologis, Pagerwesi terdiri dari dua kata, yakni pager yang berarti pagar atau pelindung yang kokoh, dan wesi yang bermakna besi atau sesuatu yang kuat. Dalam Lontar Sundarigama, Pagerwesi dijelaskan sebagai pemujaan kepada Dewa Siwa dalam perwujudannya sebagai Sang Hyang Pramesti Guru. Filosofi ini menekankan pentingnya seorang guru sebagai pembimbing dalam kehidupan.
Pagerwesi dan Hubungannya dengan Ilmu Pengetahuan
Pagerwesi memiliki keterkaitan erat dengan ilmu pengetahuan yang diwariskan melalui para guru. Dalam ajaran Hindu, penghormatan terhadap guru dikenal dengan konsep Catur Guru, yaitu empat jenis guru yang harus dihormati, yakni:
- Guru Rupaka – orang tua sebagai guru pertama dalam kehidupan,
- Guru Pengajian – para pendidik yang memberikan ilmu di sekolah,
- Guru Wisesa – pemerintah yang mengatur kehidupan masyarakat,
- Guru Swadyaya – Ida Sang Hyang Widhi sebagai sumber utama ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan.
Filosofi Pagerwesi: Keteguhan Iman dan Ilmu Pengetahuan
Perayaan Pagerwesi mengandung pesan mendalam bahwa kehidupan harus dilandasi dengan keteguhan iman serta pemanfaatan ilmu pengetahuan untuk kebaikan. Tanpa ilmu, manusia akan kembali ke zaman kegelapan, di mana segalanya terasa sulit. Oleh karena itu, Pagerwesi menjadi momentum bagi umat Hindu untuk memperkuat spiritualitas dan meningkatkan pemahaman akan ilmu pengetahuan sebagai bagian dari jalan menuju kesejahteraan (jagadhita).
Dengan memahami makna Pagerwesi, umat Hindu diharapkan semakin sadar akan pentingnya peran guru dan ilmu dalam menjalani kehidupan yang lebih baik dan bermakna. ***