Denpasar, Balikonten.com – Pengembangan start up kala pandemi masih memiliki potensi, kendati butuh beragam penyesuaian. Namun kendala utama yang dihadapi pelaku start up saat ini adalah permodalan.
Potensi pengembangan dan kendala modal bagi pelaku start up dibahas tuntas dalam diakuia Biz In Bali di ruang Coworking 4, Gedung Dharma Negara Alaya, Lumintang, Denpasar, Senin (17/5/2021).
Kegiatan yang dipandu “Host”, Dwi Widyantari itu menghadirkan pembicara, Founder OnlineD7, Gde Brawiswara Putra, sekaligus menjabat sebagai Presiden JCI Badung, Bali.
“Kami bahas terkait tata cara mendapatkan pendanaan dari investor beserta hal-hal apa saja, yang patut dipersiapkan pelaku usaha, untuk menarik investor, agar bersedia mendanai start up,” ujar Pendiri Biz in Bali, Putu Herry Hermawan Priantara yang turut hadir.
Berbagi pengalaman membangun start up, Founder OnlineD7, Gde Brawiswara Putra mengatakan dirinya mengalami kekurangan modal di awal membangun bisnisnya.
Kondisi itu ia solusikan dengan membuat workshop lewat promosi media sosial gratis.
“Kata siapa, bisnis itu gampang. Bisnis itu susah dan bikin sakit kepala. Tetapi, bagi orang yang mau menjalaninya, terus mencoba, pantang menyerah dan dilakukan secara konsisten, yang berujung menuju tangga kesuksesan,” tuturnya.
Brahwiswara menyebutkan, salah satu cara menggaet investor, untuk membantu mengembangkan start up dengan menunjukkan skill atau kemampuan berbisnis.
Hal itu yang kemudian meyakinkan calon investor terkait kesamaan visi dan presepsi berbisnis, sehingga muncul kepercayaan menjalin kerjasama serta menjalankan bisnis, hingga terjadi “Booming Bisnis”.
“Buktikan pada investor, kita punya skill dulu.Baru bisa menjalin kerjasama. Yakinkan investor dan buat investor semakin kaya dan sukses. Begitu caranya jika ingin sukses,” ungkap Brawiswara.
Namun tak jarang ia menemukan kebiasaan keliru yang dilakukan pebisnis pemula. Ia kerap menerima pesan digital dari orang yang tak dikenalnya, menawarkannya menjadi investor dan meminta dana.
“Bukan seperti itu, caranya berbisnis. Belum kenal, minta dana, apalagi kita belum pernah bertemu dan tidak saling mengenal satu sama lainnya. Harus ada etika berbisnis,” paparnya.
Pada awal membangun bisnisnya, Brawiswara meyakinkan investor, dengan menunjukkan terlebih dahulu skill atau kemampuannya, dalam sistem pengelolaan bisnis.
“Sekali lagi, buktikan pada investor, skillnya dulu. Saya tidak datang ke partner bisnis atau investor yang pengusaha serta kaya raya itu, hanya meminta uang. Itu tidak boleh dan diluar etika bisnis,” sebutnya.
Dia menekankan, hal lain yang harus dimiliki pelaku bisnis adalah kejujuran, dan kemampuan mengelola bisnis. Hal itu akan menjawab keraguan investor yang dalam waktu singkat, langsung menjalin kerjasama serta menanamkan modalnya dalam usaha start up.
Strategi lain, Brahwiswara menawarkan agar pebisnis harus mengikuti komunitas pebisnis. Sebab investor akan melirik hal komunitas pebisnis dikarenakan adanya kesamaan visi, misi dan presepsi bisnis. (Red)