NTT, Balikonten.com – Nusa Tenggara Timur (NTT) punya kearifan lokal berupa kerajinan kain yang dijadikan sebagai produk adat setempat.
Kerajinan tangan yang dibuat oleh tangan-tangan para pengerajin lokal NTT ini sangat unik dan juga bernilai estetis.
Salah satu kerajinan tangan khas NTT adalah tenun kain adat. Jenis kerajinan yang satu ini di wilayah NTT mempunyai berbagai macam istilah penyebutan, tergantung pada corak, motif dan simbol khas daerah masing-masing.
Di daerah Flores Timur istilah Kain Adat disebut Kwatek, di daerah Manggarai disebut Songket dan di daerah Timor terdapat 2 istilah penyebutan untuk kain adat diantaranya Tais untuk kain adat perempuan dan Beti untuk kain adat laki-laki.
Dari segi warna kain juga memiliki kegunaan tersendiri yaitu kain berwarna ungu untuk upacara kedukaan, hitam untuk upacara adat, merah, hijau, kuning dan warna cerah lainnya untuk acara bersuasana sukacita.
Terhadap potensi itu, personel Pos Manusasi Satgas Yonarmed 3/105 Tarik tergerak untuk mempelajari cara menenun kain adat di Desa Manusasi, Kecamatan Miomaffo Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Dansatgas Yonarmed 3/105 Tarik, Letkol Arm Laode Irwan Halim, S.I.P., M.Tr.(Han)., mengungkapkan kain adat bagi masyarakat NTT dapat menunjukkan suatu status sosial yang tinggi.
Umunya, kata dia, teknik menenun ini diajarkan secara turun temurun dari generasi ke generasi agar generasi berikutnya dapat melestarikannya, perlu diketahui juga bahwa tidak seluruh masyarakat bisa membuat kain tenun.
Hal tersebut karena tingkat kesulitan dan kerumitan menenun kain adat yang tinggi. Semakin rumit motif yang digunakan dalam menenun kain adat maka akan semakin indah pula dan tentu akan memakan waktu yang semakin lama.
“Bila kita melihat di toko-toko souvenir NTT kerajinan tenun kain adat ini paling banyak menarik minat para wisatawan hingga ke mancanegara. Selain kerajinan ini sangat ikonik dengan Provinsi NTT nilai estetika dan keunikan dari kain itu sendiri membuat kerajinan ini sangat diminati sebagai buah tangan,” kata Dansatgas.
Dia berharap generasi muda perbatasan lainnya ikut belajar menenun kain adat tersebut.
Sementara itu, Bergita kono (61) yang merupakan salah satu penenun setempat merasa sangat senang atas kedatangan personel Pos Manusasi Satgas Yonarmed 3/105 Tarik.
“Kebetulan sekali ini Bapak TNI datang, ibu-ibu juga lagi tenun kain adat kalau mau belajar tenun kain adat mari sekalian kami bisa ajari Pak,” ucapnya sambil menenun. (801)