Sosok

Film Segara Gunung, Kisah Puspayasa yang Sarat Makna Kasih 

Denpasar, Balikonten.com – Sebuah film pendek tentang sosok penduduk Bali kembali lahir. Kalo ini, Sutradara asal Kanada, Stephen R. Coleman membuat karya tentang sosok Puspa melalui film yang berjudul Segara Gunung.

 

Stephen mulai mengenalkan karyanya yang digarap pada tahun 2021 kepada publik melalui jumpa pers pada Selasa 20 Desember 2022 di Gedung Dharma Negara Alaya, Denpasar.

 

Melalui film ini, Stephen mengupas sosok Nengah Puspayasa, yaitu pria asal Kelecung, Tabanan yang mengedepankan makna kasih yang holistik.

 

Stephen mengungkapkan, ketika menginjakkan kaki di Desa Kelecung, ia merasakan ada sesuatu hal yang magis tentang tempat tersebut dan menemukan jawabanya setelah bertemu dengan Nengah Puspayasa.

 

“Bersama dengan putri sulung Nengah Puspayasa, saya melakukan wawancara selama dua jam untuk menceritakan kisah kehidupan Nengah Puspayasa,” kata Stephen.

 

Namun, di tengah proses produksi, Nengah Puspayasa meninggal dunia sebulan kemudian pada 17 Januari 2021 dalam tidurnya yang lelap.

 

Setelah kematian Nengah Puspayasa, Stephen memutuskan untuk mendedikasikan film ini untuk kisah Nengah Puspayasa.

 

Dalam Pemutaran Preview Babak I Film Segara Gunung itu, dikisahkan perjalanan hidup Nengah Puspayasa yang lahir dari seorang ibu berusia 70 tahun.

 

Nengah Puspayasa sempat mendapatkan beasiswa D1 di IKIP Malang karena fasih berhasa inggris. Kemampuan bahasa inggris tersebut didapatkan ketika bekerja sebagai pengurus villa di Kuta.

 

Dalam film tersebut, diceritakan Nengah Pupayasa memutuskan memeluk agama Kristen dan menikah dengan seorang perempuan dari luar Bali.

 

Produser Film Segara Gunung, Aniek Puspawardani yang juga anak Nengah Puspayasa mengatakan film dokumenter ini sangat bermaksa bagi keluarganya.

BACA JUGA:  Sensen, Pedagang Sate di Pura Punduk Dawa Sukses Rilis Lagu Bali Perdana

 

“Film ini mengisahkan tentang kehidupan, meski Pak Nengah Puspayasa sudah meninggal, namun ajaran maupun wairan tentang kehidupannya tidak berhenti,” ungkap Aniek.

 

Rencanya film dokumenter ini akan diputar di seluruh Indonesia pada 2023. Salah satu kerabat almarhum Puspayasa yang turut hadir dalam jumpa pers menuturkan bahwa pemilihan judul Segara Gunung ini adalah nilai kearifan lokal Bali yang kaya akan makna kasih.

 

Judul ini ia nilai paling tepat untuk menggambarkan sosok Puspayasa. “Kita terlahir dari gunung dan meninggal di lautan. Kehidupan terjadi diantara keduanya,” katanya.

 

Terlahir dari seorang ibu berusia 70 tahun, Nengah Puspayasa yang berasal dari Desa Kelecung, Tabanan ini menjalani kehidupan penuh keajaiban sejak lahir sampai meninggal.

 

Keajaiban hidup Nengah Puspayasa menarik perhatian Stephen untuk mengangkatnya menjadi film dokumenter. (red)

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE

Shares: