Melali ke Bali

Heritage di Jalan Gajah Mada, Makin Berusia Makin Memesona

DI balik nuansa milenial, Kota Denpasar punya jejak sejarah yang tetap bertahan dan terawat. Salah satunya kawasan heritage (warisan) di Jl. Gajah Mada, yang menjadi ikon Kota Denpasar. Kawasan ini sekaligus membuktikan bahwa Denpasar merupakan pusat pemerintahan dan pusat penggerak ekonomi Bali, yang ditandai keberadaan Pasar Badung.

Di jalan selebar 10 meter dan panjang kurang dari satu kilometer tersebut, denyut nadi kota Denpasar dengan segala hiruk pikuknya dapat dirasakan. Kehadiran kawasan ini mungkin bisa disejajarkan dengan kawasan Malioboro di Yogjakarta bila dilihat dari sisi historis maupun segi ekonomis.

Jalan Gajah Mada merupakan sebuah kawasan perniagaan Denpasar yang bahkan telah ada sebelum zaman kolonial yang dipadati oleh aneka macam toko seperti toko kelontong dan toko kain di kiri-kanannya. Seiring perkembangannya, toko olahraga, toko elektronik, bank hingga dealer otomotif juga hadir menyemarakkan kawasan Gajah Mada.

Sejak awal Desember 2008 di ujung barat Jalan Gajah Mada dipasang tanda yang bertuliskan ‘Kawasan Heritage Jalan Gajah Mada Denpasar’. Tanda yang mirip dengan prasasti berukuran besar itu dipasang di pojok utara dan selatan ujung barat jalan.

Prasasti ini bisa terlihat jelas oleh masyarakat yang memasuki kota dari arah barat (Jalan Wahidin) dan Utara (Jalan Sutomo) dan yang datang dari arah selatan (Jalan Thamrin). Sinar lampu disorotkan ke arah tanda itu sehingga terang terbaca malam hari.

Hanya saja, disarankan tidak melintas di kawasan ini saat sore hari, lantaran rawan kemacetan lalu lintas. Hampir sepanjang hari kemacetan melanda jalan ini, terutama di waktu-waktu puncak kesibukan masyarakat.

Penambahan pedestrian di kiri-kanan jalan juga seperti koin bermata dua. Di satu pihak kehadirannya membuat para pejalan kaki dan wisatawan menjadi terakomodir. Di lain pihak kehadirannya justru mempersempit badan jalan yang otomatis memperparah kemacetan.

BACA JUGA:  5 Kuliner Malam Murah di Denpasar, Legend dan Nikmat

Beberapa pemilik toko pun sepertinya tidak terlalu respek dengan adanya pedestrian tersebut karena justru menurunkan penjualan. Mereka menyebut konsumen kini enggan berbelanja karena kesulitan untuk parkir di depan toko yang dilalui pedestrian karena sepanjang pedestrian tersebut merupakan kawasan bebas parkir.

Hasilnya, kehadiran toko-toko tersebut tak ubahnya semacam ‘properti’ bagi kawasan Gajah Mada dan menghapus sisi utamanya sebagai kawasan ekonomi. Agaknya, permasalahan-permasalahan ini perlu mendapat perhatian lebih lanjut dari pihak terkait. (*)

Dua Pasar

ADA dua pasar di kawasan ini. Pasar Badung dan Pasar Kumbasari. Kedua pasar tersebut, tempat masyarakat Kota Denpasar dan sekitar melebur melakukan aktivitas jual-beli, aktivitasnya nonstop selama 24 jam.

Berbagai macam kebutuhan primer dan sekunder masyarakat ada di dua pasar itu, utamanya perlengkapan upacara dan upakara yang dibutuhkan dalam tradisi masyarakat Hindu di Bali. Tapi jangan keliru, yang datang ke pasar ini bukan mereka hanya yang ingin belanja.

Ada juga yang merasakan sensasi berada di lingkungan pasar, seperti fotografer, pelacong, termasuk pejabat sekalipun. Walaupun tak ada niat berbelanja, tak ada salahnya untuk sejenak memasuki kawasan pasar ini sekadar menikmati segelas es daluman atau semangkok bubur kacang hijau.

Kawasan Kumbasari, dulu pernah populer sebagai tempat favorit bagi anak muda untuk menghabiskan akhir pekan. Saat itu, di dekat pasar juga beroperasi bioskop, yang menjadi wahana bergengsi kawula muda saat itu.

Namun kini, kehadiran pusat-pusat perbelanjaan modern serta hilangnya bioskop tersebut lambat laun membuat hal tersebut menghilang. Kini, hampir tidak bisa ditemui anak-anak muda yang nongkrong di kawasan ini, hanya kaum ‘ibu-ibu’ atau ‘bapak-bapak’ saja yang terlihat hilir mudik.

BACA JUGA:  Rekomendasi Coffee Shop dan Tempat Nongkrong di Klungkung, Ada Porsi Raja
Foto/ Noerman – Kawasan Jl. Gajah Mada menyimpan banyak bukti sejarah kemasyuran Kota Denpasar di masa lampau hingga kini.

Ciri Bangunan

KAWASAN Jalan Gajah Mada ini memang populer sepanjang masa. Makin berusia, makin mengesankan. Itu karena bangunan di kawasan itu dipertahankan dan diberdayakan oleh Pemerintah.

Sisa-sisa popularitas kawasan itu jaman dulu, saat ini masih bisa dirasakan apabila kita menyusuri sepanjang jalan dengan berjalan kaki melalui pedestrian yang dihiasi pohon-pohon jepun.

Ciri tersebut terlihat dari arsitektur bangunan di beberapa toko yang masih mempertahanan ciri bangunan bergaya kolonial atau dikenal juga dengan gaya victorian.

Walaupun terkesan sedikit kusam, nuansa klasik masih jelas terasa dari fisik bangunan-bangunan yang telah berdiri melewati waktu yang panjang tersebut.

Di ujung timur Jalan Gajah Mada, yang menjadi titik nol Kota Denpasar. Patung ini merupakan lambang Kota Denpasar yang setiap wajahnya menunjukkan ke-4 arah mata angin.

Di s­ekitar patung ini cukup sejuk dengan hadirnya pohon-pohon perindang dan dapat ditemui juga kursi-kursi taman yang bisa digunakan untuk sejenak beristirahat. (802)

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE

Shares: