Seputar Bali

Tumpek Wariga, Makna dan Banten yang Digunakan

banten tumpek wariga

BALIKONTEN.COMTumpek Wariga adalah rainan Hindu yang datang setiap 6 bulan sekali. Rainan ini jatuh pada Saniscara Kliwon Wuku Wariga.

Tumpek Wariga memiliki nama lebih dari satu seperti Tumpek Pengatag, Tumpek Uduh atau Bubuh hingga Tumpek Pengarah.

Tumpek Wariga menjadi awal dari rangkaian Galungan dan Kuningan. Saat melaksanakan Tumpek Wariga, umat Hindu menghaturkan banten bubuh pada batang pepohonan.

BACA JUGA:  Sugihan Jawa, Banten, Doa dan Cara Melaksanakannya

Pada saat Tumpek Pengarah ini diingat berarti Galungan akan tiba 25 hari berikutnya. Ketika menghaturkan sesajen dibarengi dengan pengucapkan sesontengan “dadong-dadong, i kaki dija, i kaki jumah, i kaki gelem, nged…, nged…, nged…”.

rangkaian galungan
Ilustrasi Penjor Galungan/ Philippe HELLOIN / Flicker/ Balikonten

Dapun filosofi penggunaan bubuh pada banten atau sesajan adalah simbol dari pupuk. Saat Tumpek Wariga, umat melaksanakan pemuja kepada Sang Hyang Sangkara yakni Dewa Tumbuhan yang menguasai Bhuwana Agung dan juga Bhuawa Alit.

BACA JUGA:  Hindari Ini Jika Ingin Membangun Rumah Menurut Hindu, Bisa Membuat Sakit-sakitan Penghuninya

Dalam pelaksanaannya Tumpek Wariga menggunakan sarana banten prass, nasi tulung sesayut, tumpeng, bubur sumsum, tumpeng agung dan banten tambahan lainnya.

Namun hal ini tentu menyesuaikan dengan Desa Kala Patra serta kemampuan umat.

Itulah penjelasan singkat tentang Tumpek Bubuh atau Tumpek Wariga yang menjadi awal dari rangkaian Galungan dan kuningan di Bali. ***

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE

Shares: