DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Dalam ajaran tradisional Bali, waktu kelahiran seseorang memiliki pengaruh besar terhadap karakter dan perjalanan hidupnya. Salah satu sistem penanggalan yang sering dijadikan rujukan adalah Pancawara, sebagaimana tertulis dalam lontar Wrehaspati Kalpa.
Bagi mereka yang lahir pada Pancawara Wage, angka urip atau neptunya adalah 4. Dalam kepercayaan Hindu Bali, kelahiran Wage berada di bawah naungan Dewa Wisnu, sementara widyadarinya adalah tunjung biru, melambangkan kebijaksanaan dan ketenangan batin. Adapun widyadaranya adalah wang bang waiipita, dengan babunya yakni babu godel-babu pangguh.
Waktu Kambuh Penyakit dan Ritus Penebusan
Menurut lontar Wrehaspati Kalpa, individu yang lahir pada Wage rentan mengalami gangguan kesehatan pada periode tertentu dalam hidupnya, yakni saat masa lumangkang, ketika mulai bisa duduk, berjalan, berpakaian, serta memasuki usia remaja. Untuk mengurangi pengaruh buruk dari kelahiran ini, terdapat banten atau sesajen khusus yang harus dipersembahkan sebagai upakara.
Banten tetebusannya meliputi tumpeng gurih dengan atungtung ireng, daging ayam hitam yang dipanggang, serta uang sebesar 44 kepeng di bawah penek. Selain itu, beberapa tambahan persembahan berupa buah-buahan, godoh tumpi, nasi liwet yang ditempatkan dalam pinggan, serta daging babi seharga 44 kepeng juga disiapkan dalam upacara penebusan ini.
Pupuk atau sarana penyucian dalam ritual ini mencakup bunga jangitan yang disebut sebagai kala Prayoni. Semua elemen upakara ini memiliki makna simbolis dalam menyeimbangkan energi kelahiran seseorang agar kehidupannya lebih harmonis dan jauh dari rintangan.
Karakter Orang yang Lahir pada Wage
Secara umum, individu yang lahir pada Pancawara Wage dikenal memiliki sifat keras hati. Mereka cenderung tegas dalam memegang prinsip serta memiliki keteguhan yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan. Sifat ini bisa menjadi kekuatan jika diarahkan dengan baik, tetapi juga dapat menimbulkan kesulitan dalam hubungan sosial apabila tidak diimbangi dengan kebijaksanaan dan sikap fleksibel.
Pemahaman mengenai kelahiran berdasarkan sistem penanggalan Bali seperti Pancawara ini terus diwariskan sebagai pedoman untuk memahami karakter diri serta menjaga keseimbangan dalam kehidupan. Dengan menjalankan ritual-ritual sesuai ajaran leluhur, diyakini seseorang dapat lebih selaras dengan takdir dan mencapai kehidupan yang lebih baik. ***