Purnama Kesanga: Makna, Ritual, dan Kebaikan yang Dirayakan Umat Hindu di Bali

ilustrasi banten/badungkab.go.id/balikonten
DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Bali kembali diselimuti suasana suci saat umat Hindu merayakan Purnama Kesanga, sebuah tradisi sakral yang hadir setiap bulan purnama atau dikenal sebagai sukla paksa. Hari raya ini bukan sekadar peringatan rutin, melainkan momen penuh makna yang mengajak umat untuk menyucikan diri, baik lahir maupun batin, sekaligus mempersembahkan penghormatan kepada para dewa.
Purnama dalam Kitab Suci: Payogan Sang Hyang Candra
Menurut lontar Sundarigama, Purnama adalah waktu khusus yang disebut payogan Sang Hyang Candra atau Dewa Bulan. Dalam teks kuno ini dijelaskan bahwa ada dua kekuatan suci yang saling melengkapi, yakni Sang Hyang Rwa Bhineda—Dewa Matahari dan Dewa Bulan. Saat purnama tiba, Sang Hyang Wulan (Candra) menjadi pusat perhatian dengan kekuatan yoganya, sementara pada saat tilem (bulan mati), giliran Sang Hyang Surya yang beryoga. Dua momen ini menjadi simbol penyucian diri yang tak terpisahkan dalam kehidupan spiritual umat Hindu.
[irp]
Ritual Penyucian Diri dan Persembahan
Purnama Kesanga bukan hanya soal simbolisme, tetapi juga aksi nyata. Dalam lontar yang sama disebutkan bahwa pada hari ini, umat wajib melakukan pembersihan jiwa dan raga. Caranya? Dengan mempersembahkan sesajen seperti canang wangi-wangi dan canang nyasa kepada para dewa. Ritual ini biasanya dilakukan di sanggah (tempat suci keluarga) dan parahyangan (pura desa), dilanjutkan dengan permohonan tirta gocara atau air suci sebagai wujud kesucian.
Tak hanya itu, Purnama juga menjadi waktu yang tepat untuk berbagi kebaikan melalui dana punia atau sedekah. Ini bukan sekadar tradisi, melainkan cerminan nilai luhur yang mengajarkan umat untuk hidup tanpa iri hati dan selalu berbuat baik.
Nilai Sedekah dalam Ajaran Hindu
Ajaran tentang dana punia tercermin jelas dalam Sarasamuscaya ayat 170 yang menyebutkan bahwa sedekah adalah wujud ketulusan hati tanpa rasa dengki. “Jika dilakukan secara konsisten, kebaikan ini akan membawa keselamatan dan pahala yang berlimpah,” demikian bunyi ajaran tersebut. Senada dengan itu, Bhagawad Gita XVII.25 menegaskan bahwa segala bentuk yajna, tapabrata, dan dana punia yang dilakukan tanpa mengharapkan imbalan akan mengantarkan pelakunya menuju moksa—kebebasan spiritual tertinggi.
[irp]
Purnama Kesanga: Lebih dari Sekadar Ritual
Bagi umat Hindu di Bali, Purnama Kesanga adalah perpaduan harmonis antara ritual, refleksi, dan kebaikan sosial. Di balik persembahan bunga dan doa, ada pesan mendalam tentang pentingnya menjaga kesucian diri dan berbagi dengan sesama. Hari raya ini menjadi pengingat bahwa kehidupan spiritual tak hanya soal hubungan dengan Tuhan, tetapi juga dengan manusia dan alam semesta.
Dengan kekayaan makna dan tradisi yang dijalankan, Purnama Kesanga tak sekadar perayaan bulanan. Ia adalah cermin nilai luhur yang terus hidup, menginspirasi umat Hindu untuk menjalani hidup dengan penuh kesadaran dan kebajikan. Jadi, saat bulan purnama bersinar terang di langit Bali, ia tak hanya menerangi malam, tetapi juga hati setiap insan yang merayakannya.
***
