DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Pertengahan Maret 2024 memasuki Sasih Kedasa, di mana ini merupakan bulan kesepuluh dalam sistem kalender Bali.
Purnama bulan Maret adalah Sasih Kedasa disebut pula sebagai Purnama Kedasa yang diartikan juga sebagai inti dari Purnama. Pada Purnama Kedasa nanti, umat Hindu sekaligus melaksanakan Kajeng Kliwon.
Purnama datang setiap 1 bulan sekali dan dieknal juga sebagai Sukla Paksa. Ketika Purnama Kedasa pun banyak yang melaksanakan pujawali atau piodalan.
Termasuk dibeberapa pura besar seperti Besakih dan lainnya pada Purnama Kedasa juga melaksanakan pujawali.
Lontar Sundarigama disebutkan terkait Purnama Sasih Kedasa yakni penghormatan terhadap Sang Hyang Sunya Amerta.
Terkait banten yang digunakan ketika Purnama Kedasa bisa menyesuaikan dengan kemampuan dan desa kala patra.
Namun bisa juga menggunakan baten suci, daksisa, ajuman, dandanan aprangkat, ikan serba suci, canang wangi-wangi, reresik dan kelengkapan lain.
Sedangkan banten yang digunakan atau dihaturkan di bawah bisa menggunakan segehan agung, segehan sasah, dan ikan bawang jahe.
Ketika Purnama Kedasa, umat Hindu juga bisa melaksanakan upakara prayascita luwih, penyeneng dan toon.
Secara umum, ketika Purnama dilaksanakan pemujaan kepada Sang Hyang Candra. Dan juga ada larangan ketika Purnama untuk tidak melaksanakan hubungan suami istri.
Ketika Purnama, umat Hindu juga bisa menggunakannya untuk melaksanakan dana punia atau sedekah.
Kemudian, saat Purnama Kedasa juga waktu yang tepat untuk melaksanakan penyucian diri secara lahir dan bhatin.
Terkait dengan Kajeng Kliwon, rahinan Kajeng Kliwon datang juga setiap 15 hari sekali.
Kajeng kliwon datang berdasarkan pertemuan antara Tri Wara Kajeng dengan Pancawara Kliwon.
Di Bali, Kajeng Kliwon begitu dikeramatkan oleh sebagain besar umat Hindu. Dipercaya bahwa ketika Kajeng Kliwon tiba, mereka yang menekuni aji pengiwa (ilmu hitam) akan bangkit.
Saat Kajeng Kliwon, Dewa Siwa tengah melakukan yoga. Lontar Sundarigama menyebutkan tentang Kajeng Kliwon sebagai berikut.
Isi Lontar:
Nihan taya amanah, kunang ring panca terane, semadi Bhatara Siwa, sayogia wong anadaha tirtha gocara, ngaturaken wangi ring sanggar, muang luwuring paturon maneher menganing akna cita.
Wehana sasuguh ring natar umah, sanggar, ring dengen, dening sega kepel duang kepel dadi atanding, wehakna ada telung tanding, iwaknia bawang jae.
- Kang sinambat ring natar, Sang Kala Bucari.
- Ring sanggar Bhuta Bucari.
- Ne ring dengen, Sang Durga Bucari
Ika pada wehana labaan, nangken kaliyon, kinon rumaksa umah, nimitania. Pada anemu sadia rahayu. Kunang yan kala biyantara keliyon, pakerti tunggal kayeng lagi.
Terjemahannya:
Ketika Pancawara Kliwon, Bhatara Siwa sedang Beryoga. Sepatutnya melaksanakan penyucian dengan mempersembahkan wangi-wangi di atas tempat tidur dan merajan.
Di halaman rumah, halaman merajan dan di depan pintu keluar masuk pekarangan rumah juga mempersembahkan berupa segehan kepel berjumlah 2 dalam 1 tanding dan ditiap tempat disuguhkan tigang tanding yang ditujukan kepada masing-masing:
- Di halaman merajan, kepada Sang Bhuta Bhucari.
- Di pintu keluar masuk, kepada Sang Durgha Bhucari.
- Dan untuk di halaman rumah, kepada Sang Kala Bhucari.
Adapun tujuannya dari persembahan ini untuk perlindungan dan kesempurnaan.
Kajeng Kliwon dibagi menjadi 3 sebagai berikut:
Kajeng Kliwon Pamelastali dilaksanakan setiap 6 bulan sekali pada Minggu Wuku Watugunung.
Lalu ada juga Kajeng Kliwon Uwudan yang datangnya setelah Purnama dan terakhir adlaah Kajeng Kliwon Enyitan yang datang setelah Tilem.
Ketika Purnama Kedasa bertemu dengan Kajeng Kliwon, ada juga yang menyebutnya sebagai Purnama Nadi.
Ketika Purnama Kedasa ini banyak yang melaksanakan melasti. ***