23/10/2025

Keramatnya Soma Pemacekan Agung di Bali, Terjadi di Antara Galungan dan Kuningan

KERAMAT! Soma Pemacekan Agung Waktu Berkumpulnya Leak di Bali, Lahir di Soma Pemacekan Agung Perlu Perhatian Khusus

ilustrasi gambar Rangda/ Flicker/ Balikonten

DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Soma Pemacekan Agung merupakan hari suci yang sangat istimewa dalam tradisi Hindu Bali, kaya akan makna spiritual yang mendalam dan nilai-nilai luhur yang menjadi pilar budaya Pulau Dewata.

Rahinan ini terjadi pasa Soma Kliwon Wuku Kuningan dan di Bali khususnya sangatlah dikeramatkan dan juga diyakini sebagai waktu berkumpulnya mereka yang menekuni aji pengiwa. Sebagai bagian integral dari rangkaian perayaan Galungan dan Kuningan, momen ini menjadi waktu sakral bagi umat Hindu untuk memperkuat tekad batin, merenungkan kemenangan dharma atas adharma, serta memohon keselamatan, keharmonisan, dan keberkahan hidup kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, melalui yadnya yang tulus dan penuh kesadaran.

Perayaan ini tidak hanya mencerminkan kekayaan tradisi, tetapi juga memperkuat komitmen spiritual umat Hindu Bali dalam menjalani kehidupan yang selaras dengan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan.

Apa Itu Hari Pemacekan Agung?

Hari Pemacekan Agung dirayakan pada Soma Kliwon Kuningan, sehari setelah Hari Ulihan, dalam kalender Bali. Pemacekan Agung adalah hari untuk memanjatkan tekad yang tulus dengan hati yang suci. Nama “Pemacekan” berasal dari kata “pacek” yang berarti tapa (latihan spiritual atau pengendalian diri), sedangkan “agung” merujuk pada kekuatan atau kebesaran. Dengan demikian, Pemacekan Agung dapat diartikan sebagai latihan spiritual yang kuat untuk mencapai kesucian batin. Upacara ini merupakan bagian dari tradisi Hindu Bali, yang dikenal sebagai wujud agama Hindu yang bercorak budaya khas Bali yang masih lestari hingga kini.

Makna Filosofis Hari Pemacekan Agung

Secara filosofis, Hari Pemacekan Agung memiliki makna mendalam dalam konteks spiritual dan moral. Hari ini menjadi pengingat bagi umat Hindu untuk merayakan “kemenangan” dharma (kebenaran) atas adharma (ketidakbenaran). Menurut tradisi Hindu Bali, Pemacekan Agung adalah waktu untuk memperkuat komitmen menjaga martabat manusia dan menjauhkan diri dari “momo angkara” (sifat jahat atau nafsu negatif).

Perayaan ini juga bertujuan untuk mengusir Sang Bhuta Galungan, simbol nafsu untuk menang dengan cara yang tidak sesuai dengan nilai agama atau etika. Umat Hindu Bali meyakini bahwa melalui doa dan yadnya (persembahan suci) dari Pemacekan Agung, mereka dapat memohon keselamatan dan perlindungan dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Prameswara.

Yadnya yang dilakukan pada Pemacekan Agung bukan sekadar ritual, melainkan wujud pengabdian yang tulus, ikhlas, dan bertanggung jawab. Persembahan ini mencerminkan Sraddha Bhakti, yaitu keyakinan dan bhakti yang mendalam kepada Tuhan dan segala ciptaan-Nya.

Hari Pemacekan Agung biasanya diperingati dengan berbagai ritual keagamaan yang khusyuk. Umat Hindu Bali melaksanakan persembahan berupa sesajen, doa, dan upacara di pura atau sanggah (tempat suci keluarga). Ritual ini dilakukan untuk menghormati Sang Hyang Widhi Wasa dan memohon keselamatan serta keharmonisan dalam kehidupan.

Pemacekan Agung dalam Kalender Bali

Dalam kalender Bali (Saka), Pemacekan Agung memiliki posisi penting sebagai bagian dari rangkaian perayaan Galungan dan Kuningan. Galungan menandakan kemenangan dharma atas adharma, sementara Kuningan, termasuk Pemacekan Agung, menjadi momen untuk memperkuat kemenangan tersebut melalui refleksi dan pengendalian diri. Hari ini mengajarkan umat Hindu untuk senantiasa menjaga keseimbangan antara kehidupan duniawi dan spiritual, serta menghindari godaan yang dapat mengarah pada perilaku tidak bermoral.

Mengapa Pemacekan Agung Penting?

Pemacekan Agung bukan hanya sebuah ritual, tetapi juga simbol keteguhan iman dalam menghadapi berbagai godaan selama perayaan Galungan. Hari ini mengingatkan umat Hindu Bali untuk tetap berpegang pada nilai-nilai dharma, menjaga kesucian hati, dan memperkuat hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan melaksanakan upacara ini, umat Hindu Bali menegaskan komitmen mereka untuk hidup dalam harmoni, baik dengan sesama manusia maupun dengan alam semesta.

Hari Pemacekan Agung adalah perayaan yang kaya akan makna spiritual dan budaya dalam tradisi Hindu Bali. Melalui ritual tersebut, umat Hindu di Bali memperkuat tekad untuk hidup sesuai dengan ajaran dharma, menjauhkan diri dari sifat negatif, dan memohon keselamatan kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Dengan memahami makna Hari Pemacekan Agung, kita dapat lebih menghargai kekayaan budaya dan spiritualitas Hindu Bali yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

***

 

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE