Seputar Bali

Apa Banten dan Doa untuk Melaksanakan Buda Kliwon Pahang (Pegatwakan) ?

penjor galungan yang di bakar pegatwakan

 

DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Pegatwakan atau juga ditulisa dengan Pegat Uwakan adalah akhir dari rangkaian pelaksanaan Galungan dan Kuningan.

 

Lalu umat Hindu akan melepaskan seluruh atribut yang berkaitan dengan rahinan teresebut, khususnya Penjor Galungan.

 

Secara menyeluruh, rainan ini berlangsung selama 1 bulan 7 hari atau dalam istilah Bali disebut dengan abulan pitung dina.

BACA JUGA:  Dalung Menyala, Apresiasi Kepemimpinan Era Giri Prasta, Siap Menangkan Adi Cipta

Dari laman Bali.kemenag.go.id disebutkan bahwa Pegatwakan terdiri dari 2 kata yakni pegar yang mengandung arti putus sedangkan Uwakan bermakna kembali.

 

Pegatwakan datang tepat pada 35 hari pasca dilaksanakannya Galungan lalu sarana yang menghiasi penjor dibakar dan abunya dimasukkan dalam klungah nyuh gading yang sebelumnya sudah dikasturi.

 

Setelah itu barulah nyuh tadi ditanam pada tempat pemasangan penjor tadi. Adapun maknanya adalah memohon kesuburan kepada Ida Sang Hyang Widhi.

 

Dalam lontar Sundarigama juga disebutkan sebagai berikut:

BACA JUGA:  4 Fakta Galungan di Bali yang Jarang Diketahui

Pahang, Budha Kliwon Pegatwakan, ngaran, pati warah panelasning mengku, biana semadi, waraning Dungulan ika, wekasing pralina, ngaran kalingan ika, pakenaning sang wiku lumekasang kang yoga semadi, umoring kala ana ring nguni, saha widi-widana sarwa pawitra, wangi-wangi, astawakna ring sarwa dewa, muang sesayut dirgayusa abesik, katur ring Sang Hyang Tunggal, panyeneng tatebus.

 

Terjemahannya:

 

Pada Budha Kliwon Pahang adalah Hari Raya Pegatwakan, ini dikatakan sebagai hari berakhirnya tapa brata.Sang wiku patut melaksakana renungan suci dengan sarana wangi-wangian dan sesayut dirgayusa yang dipersembahkan pada Sanghyang Tunggal dengan dilengkapi penyeneng dan tetebusan.

 

Pengastawa dilaksanakan dengan pikiran dan budhi cita yang suci nirmala memohon kehadapan Ida Sang Hyang Widhi dan para Dewa / Bhatara memberikan waranugraha kedirghayusaning jagat raya dan atas welas asih serta kemurahan-Nya melimpahkan karunia di mayapada ini demi kesempurnaan dunia sampai dengan seluruh sarwa prani.

BACA JUGA:  Program Bang Kumis, Kanit Binmas Polsek Dentim Sambangi Tokoh Agama

Doa atau mantra yang digunakan dalam proses menjalankan Buda Wage Pahang (Pegatwakan) ada dua sebagai berikut:

 

Sebelum mencabut penjor:

 

Om pakulun sanghyang sapta patala,

sira sanghyang sapta dewata,

sira sanghyang beda warna,

sira sanghyang tri nadi panca korsika,

sira sanghyang premana,

mekadi ta sira saghyang urip,

sira apageha ri sariraning rahayu,

aneda urip waras dirghaayu paripurna

sang angaturaken bhakti

Om pretiwi dewa sampurna ya namah swaha

Om apah teja jiwatam bayu akasa pramanam, dirghahayu jagad amertham, sarwa merana ya wicitram.

BACA JUGA:  Mau Kampanye? Ini Waktu yang Tepat Menurut Dewasa Ayu Hindu

Saat Ngeseng Perlengkapan Penjor, dapat menggunakan mantra berikut:

 

Om Ang Ung Mang,

Om Ananthaboga bhyo namah swaha

Om Catur Detya Hyang Dewa Bhuta Kala,

Lingga bhuwana murti ya namah swaha.

Om paripurna ya namah swaha.

Sedangkan terkait banten tentunya menyesuaikan dengan desa kala patra dan juga kemampuan setiap umat.

Itulah doa yang digunakan untuk melaksanakan rainan pegatwakan. ***

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE

Shares: