Banten Tumpek Wayang untuk Dirantauan Bisa Menggunakan Ini
Ilustrasi Wayang Kulit Bali/ Gede Apgandhi Pranata/ Bulelengpost
DENPASAR, BALIKONTEN.COM –
Setiap enam bulan sekali, umat Hindu di Bali merayakan Tumpek Wayang, sebuah tradisi sakral yang jatuh pada pertemuan Wuku Wayang, Saniscara (Sabtu), dan Pancawara Kliwon sesuai kalender Bali.
Ritual ini, yang berlangsung setiap 210 hari, menjadi momen penting untuk menghormati Sanghyang Iswara, dewa yang diasosiasikan dengan seni pertunjukan, khususnya wayang. Berikut penjelasan tentang makna Tumpek Wayang, ritual yang dilakukan, dan pentingnya Tirta Wayang Sapuh Leger bagi mereka yang lahir pada Wuku Wayang.
Makna Tumpek Wayang
Tumpek Wayang adalah hari suci untuk memuja Sanghyang Ringgit, manifestasi dewa yang melindungi seni wayang. Tradisi ini erat kaitannya dengan pelestarian budaya dan kesenian Bali, terutama bagi para dalang yang menjadikan wayang sebagai medium penyampaian nilai-nilai spiritual. Pada hari ini, umat Hindu melakukan upacara untuk memuliakan alat-alat kesenian, termasuk wayang, agar tetap suci dan membawa berkah.
Menurut kepercayaan yang tertulis dalam Lontar Sapuh Leger, anak-anak yang lahir pada Wuku Wayang dianggap memiliki ikatan khusus dengan Bhatara Kala. Konon, Dewa Siwa mengizinkan Bhatara Kala untuk “memakan” anak-anak yang lahir pada waktu ini.
Untuk melindungi mereka dari pengaruh negatif, diadakan ritual melukat menggunakan Tirta Wayang Sapuh Leger. Istilah Sapuh Leger sendiri berasal dari kata “sapuh” (membersihkan) dan “leger” (habis), yang berarti menghilangkan mala atau energi negatif dari diri seseorang.
Ritual dalam Tumpek Wayang
Pada hari Tumpek Wayang, umat Hindu menyiapkan berbagai sesajen sebagai wujud penghormatan. Sesajen yang umum meliputi banten suci, peras, ajuman, ajengan, pasucian, canang raka, serta bahan-bahan seperti pinang, sirih, dan daging itik putih. Khusus untuk para dalang, mereka mempersembahkan banten prayascita, penyeneng, tumpeng guru, dan sesayut agung untuk memuja Sanghyang Ringgit.
Selain itu, ritual ini juga menjadi momen untuk membersihkan peralatan kesenian, seperti wayang kulit, agar tetap suci dan memiliki energi positif. Bagi anak-anak yang lahir pada Wuku Wayang, upacara melukat dengan Tirta Wayang Sapuh Leger dilakukan untuk menjaga keselamatan dan kebersihan spiritual mereka.
Kalender dan Frekuensi
Berdasarkan informasi dari Dinas Kebudayaan Singaraja, Tumpek Wayang diperingati setiap 210 hari sekali sesuai perhitungan kalender Bali. Hari ini tidak hanya menjadi perayaan keagamaan, tetapi juga pengingat akan kekayaan budaya Bali yang tercermin dalam seni wayang.
Pentingnya Tumpek Wayang bagi Masyarakat Bali
Tumpek Wayang bukan sekadar ritual keagamaan, melainkan juga wujud pelestarian budaya dan penghormatan terhadap seni tradisional. Bagi masyarakat Bali, hari ini menjadi pengingat untuk menjaga keseimbangan spiritual dan menghargai warisan leluhur. Ritual melukat bagi anak-anak yang lahir pada Wuku Wayang juga menegaskan pentingnya menjaga kebersihan jiwa dari pengaruh negatif.
Dengan memahami makna dan pelaksanaan Tumpek Wayang, umat Hindu di Bali terus menjaga tradisi yang telah diwariskan turun-temurun. Hari suci ini tidak hanya memperkuat ikatan spiritual, tetapi juga memperkaya identitas budaya Bali yang kaya akan seni dan makna.
***NB: terkait banten yang digunakan kembali ke desa kala patra dan kemampuan masing-masing umat.