12/09/2025

Berburu di Bulan September 2025: Makna Tradisi dan Kegiatan yang Mendukung Keberuntungan

jadwal rahinan selama januari 2025

kalender Bali tahun 2025/ balikonten

DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, tradisi leluhur masih menyimpan pesona yang tak pernah pudar. Salah satunya adalah petunjuk hari baik dalam budaya Bali, yang dikenal sebagai Asuajeg Turun.

Menurut kalender Bali, tanggal 27 September 2025 menjadi momen istimewa untuk berbagai aktivitas, mulai dari berburu, menanam, hingga menciptakan alat musik tradisional seperti gamelan dan kentongan. Apa makna di balik hari ini, dan bagaimana tradisi ini relevan di era digital?

Makna Asuajeg Turun dalam Tradisi Bali

Dalam budaya Bali, Asuajeg Turun dianggap sebagai hari yang penuh energi positif untuk memulai kegiatan tertentu. Hari ini diyakini membawa keberuntungan bagi mereka yang ingin menanam padi, kacang-kacangan, atau sirih. Tidak hanya itu, aktivitas berburu juga menjadi sorotan, mengingat hubungannya dengan keseimbangan alam dan kearifan lokal. Selain itu, hari ini juga dianggap ideal untuk membuat alat musik tradisional seperti gamelan, genta, atau kentongan, yang memiliki nilai budaya mendalam.

Menurut I Made Suryana, seorang tokoh adat di Bali, hari baik seperti Asuajeg Turun bukan sekadar tradisi, tetapi juga cerminan harmoni antara manusia dan alam. “Hari ini mengajarkan kita untuk menghormati waktu dan alam. Setiap kegiatan yang dilakukan sesuai dengan hari baik akan membawa hasil yang lebih optimal,” ujarnya.

Berburu: Tradisi yang Tetap Relevan

Berburu, salah satu aktivitas yang disarankan pada hari ini, bukan hanya soal mencari hasil tangkapan. Dalam konteks budaya, berburu mencerminkan keterampilan, ketangkasan, dan penghormatan terhadap alam. Di era modern, berburu bisa diartikan secara lebih luas, seperti “berburu” peluang atau inspirasi. Bagi masyarakat pedesaan, berburu di hutan atau sawah tetap menjadi cara untuk memenuhi kebutuhan sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem.

“Berburu bukan cuma soal hewan atau hasil hutan. Ini tentang bagaimana kita belajar dari alam, menghargai apa yang diberikan, dan tidak mengambil lebih dari yang dibutuhkan,” kata Wayan Sudarma, seorang petani sekaligus pemburu tradisional dari Tabanan, Bali.

Menanam dan Membuat Alat Musik: Simbol Produktivitas

Selain berburu, Asuajeg Turun juga menjadi waktu yang tepat untuk menanam padi, kacang-kacangan, dan sirih. Kegiatan ini tidak hanya mendukung ketahanan pangan, tetapi juga memperkuat hubungan manusia dengan bumi. Menanam pada hari baik diyakini dapat meningkatkan hasil panen, sebuah kepercayaan yang masih dipegang teguh oleh petani tradisional.

Sementara itu, pembuatan alat musik seperti gamelan, genta, atau kentongan menjadi simbol kreativitas dan warisan budaya. Gamelan, misalnya, bukan hanya alat musik, tetapi juga representasi harmoni sosial dalam masyarakat Bali. “Membuat gamelan di hari seperti ini dipercaya menghasilkan suara yang lebih merdu dan penuh makna,” ungkap Ni Ketut Arini, seorang pengrajin gamelan di Gianyar.

Mengapa Tradisi Ini Penting di Era Modern?

Di tengah gempuran teknologi dan globalisasi, tradisi seperti Asuajeg Turun mengingatkan kita akan pentingnya menjaga akar budaya. Kegiatan seperti berburu, menanam, atau membuat alat musik tradisional bukan hanya soal keberuntungan, tetapi juga tentang melestarikan kearifan lokal yang ramah lingkungan. Tradisi ini juga menjadi pengingat bahwa hidup selaras dengan alam dapat membawa keseimbangan, baik secara fisik maupun spiritual.

Bagi generasi muda, memahami hari baik seperti ini bisa menjadi cara untuk reconnect dengan warisan leluhur. “Saya mulai belajar tentang hari baik dari kakek saya. Sekarang, saya coba terapkan untuk menanam di kebun kecil saya. Rasanya seperti menghidupkan kembali cerita keluarga,” ujar Made Ayu, seorang milenial yang aktif mengkampanyekan pertanian organik di media sosial.

Tips Mengoptimalkan Hari Baik

Bagi Anda yang ingin memanfaatkan Asuajeg Turun pada 27 September 2025, berikut beberapa tips sederhana:

  1. Berburu dengan Bijak: Jika berburu, pastikan Anda melakukannya dengan penuh tanggung jawab dan tidak merusak ekosistem.
  2. Menanam dengan Hati: Pilih tanaman yang sesuai dengan musim dan lakukan dengan niat baik untuk hasil yang optimal.
  3. Kreativitas Budaya: Coba pelajari atau buat alat musik tradisional, seperti kentongan sederhana, untuk merasakan energi kreatif hari ini.
  4. Hormati Tradisi: Konsultasikan dengan tokoh adat atau kalender Bali untuk memastikan kegiatan Anda selaras dengan nilai budaya.

Menjaga Tradisi di Era Digital

Tradisi seperti Asuajeg Turun bukan sekadar warisan masa lalu, tetapi juga inspirasi untuk hidup yang lebih bermakna. Dengan memadukan kearifan lokal dan teknologi modern, kita bisa menjaga budaya tetap hidup sekaligus relevan. Misalnya, petani kini bisa memanfaatkan aplikasi pertanian untuk menentukan waktu tanam terbaik, sementara pengrajin gamelan bisa mempromosikan karyanya melalui media sosial.

Pada akhirnya, Asuajeg Turun mengajarkan kita bahwa setiap hari membawa peluang untuk berkreasi, berproduksi, dan hidup selaras dengan alam. Jadi, pada 27 September 2025, mari sambut hari baik ini dengan semangat untuk berburu inspirasi, menanam harapan, dan menciptakan harmoni melalui budaya.

***

 

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE

error: Content is protected !!