DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Setiap enam bulan sekali atau 4 hari setelah Kuningan, umat Hindu melaksanakan Buda Wage Langkir atau yang lebih dikenal dengan Buda Cemeng Langkir.
Rahinan ini mempertemukan antara Saptawara Buda dengan Pancawara Wage serta Wuku Langkir.
Ketika Buda Wage Langkir, umat melaksanakan pemujaan kepada Sang Hyang Sri Nini, Dewa Sedhana yang berstana di tempat penyimpanan harta dan benda.
[irp]
Pun ketika rahinan ini datang, disarankan untuk tidak melaksanakan pembayaran, ada kepercayaan bahwa jika itu dilaksanakan bisa mengakibatkan boros.
Budang Cemeng Langkir juga merupakan pemujaan kepada Bharata Rambut Sedana dan pemujaan bertempat di sanggah merajan, tempat usaha hingga pura kahyangan jagat.
[irp]
Dalam Lontar Sundarigama disebutkan tentang Buda Wage Langkir sebagai berikut:
Buda waga, ngaraning Buda Cemeng, kalingania adnyana suksema pegating indria, betari manik galih sira mayoga, nurunaken Sang Hyang Ongkara mertha ring sanggar, muang ring luwuring aturu, astawakna ring seri nini kunang duluring diana semadi ring latri kala.
Terjemahannya:
Buda Wage juga disebut dengan Buda Cemeng, mewujudkan inti hakekat kesucian pikiran dengan memurut sifat kehawanafsuan itulah yoga dari Bhatari Manik Galih yang menurunkan Sang Hyang Omkara Amrta ke dunia skala.
[irp]
Sarana yang digunakan untuk melaksanakan Buda Wage Langkir berupa canang wangi-wangi, pemujaan dilaksanakan di atas tempat tidur dan di sanggar.
Pemujaan ditujukan kepada Sang Hyang Sri dan dilanjutkan melaksanakan renungan suci pada malam harinya.
[irp]
Itulah informasi tentang Buda Wage Langkir yang patut diketahui oleh umat Hindu.
***