14/08/2025

Drama Gong Viral, Petruk Dolar jadi Ikon, Begini Kisah dan Penjelasannya

Sekaa Gong Anak-anak Semara Winangun, Tampil di Pesta Kesenian Bali ke-46

Sekaa Gong Anak-anak Semara Winangun, Tampil di Pesta Kesenian Bali ke-46/ Balikonten

 

DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Belakangan Bali diguncang dengan kisah Petruk pelawak Bali yang katanya dicegah untuk tidak tampil di Pesta Kesenian Bali atau PKB ke-47 Tahun 2025. Petruk yang juga dikenal sebagai salah satu ikon Drama Gong ini pun kembali mencuat

Terlepas dari polemik yang ada, Petruk merupakan legenda hidup dan selalu dinantikan penampilannya era 1970 hingga 1990-an. Ia biasanya berduet dengan alm. Dolar ditiap pagelaran Drama Gong. Namun apakah kalian mengetahui tentang pagelaran Drama Gong yang sekali tampil bisa memakan waktu antara 2 hingga 4 jam-an itu? Yuk kita bahas secara singkat sebagaimana dirangkum dari beragam sumber.

Drama Gong Diciptakan

Diciptakan oleh Anak Agung Gede Raka Payadnya dari Desa Abianbase, Gianyar sekitar tahun 1966. Drama Gong merupakan seni pertunjukan yang menggabungkan antara teater tradisional dan juga modern. Sebelumnya, pagelaran ini dikenal sebagai drama klasik yang kemudian diberikan nama Drama Gong oleh I Gusti Bagus Nyoman Panji yang merujuk pada kombinasi antara drama dan iringan gamelan gong kebyar.

Sejarah dan Kejayaan

Drama Gong mencapai puncak popularitasnya pada era 1970 hingga 1990-an. Pada masa itu, pertunjukan ini menjadi hiburan utama masyarakat Bali, mengangkat cerita-cerita klasik seperti kisah Panji (Malat) dan Sampek Engtai. Pementasan Drama Gong tidak hanya menghibur tetapi juga menyampaikan pesan moral dan kritik sosial melalui dialog-dialog yang disampaikan dalam bahasa Bali .

Tantangan dan Upaya Pelestarian

Seiring perkembangan zaman dan dominasi budaya populer, minat terhadap seni pementasan ini pun mulai menurun. Namun, berbagai upaya dilakukan untuk melestarikan seni ini. Kelompok pemuda STT Yowana Bhakti di Nusa Penida, misalnya, menghidupkan kembali Drama Gong dengan melibatkan generasi muda dalam pementasan yang disesuaikan dengan kondisi saat ini. Selain itu, pemerintah daerah seperti Kabupaten Bangli juga mendukung pelestarian Drama Gong melalui pementasan di alun-alun kota yang dipadati ribuan penonton.

Inovasi di Era Digital

Di era digital, Drama Gong mengalami berbagai inovasi untuk tetap relevan. Beberapa perubahan meliputi kemasan cerita, regenerasi pemain dengan melibatkan generasi muda, dialog yang lebih dinamis, setting panggung yang modern, kolaborasi dengan seniman non-Drama Gong, dan pemanfaatan teknologi digital dalam proses pengemasan dan penyaluran pertunjukan . Platform seperti YouTube dan media sosial digunakan untuk menjangkau audiens yang lebih luas, termasuk generasi muda yang lebih akrab dengan teknologi.

Peran Drama Gong dalam Revitalisasi Bahasa Bali

Selain sebagai bentuk hiburan, Drama Gong juga berperan penting dalam revitalisasi bahasa Bali. Pertunjukan ini konsisten menggunakan bahasa Bali sebagai medium utama, sehingga membantu mempertahankan vitalitas bahasa tersebut. Drama Gong menjadi media edukasi nonformal yang efektif dalam mengajarkan pola bahasa Bali, termasuk tingkatan bahasa dan struktur sosial masyarakat Bali .

Kesimpulan

Drama Gong adalah warisan budaya Bali yang kaya akan nilai-nilai moral dan sosial. Meskipun menghadapi tantangan di era modern, berbagai upaya pelestarian dan inovasi telah dilakukan untuk memastikan seni ini tetap hidup dan relevan. Dengan dukungan dari masyarakat, pemerintah, dan pemanfaatan teknologi digital, Drama Gong memiliki potensi besar untuk terus berkembang dan menjadi bagian integral dari identitas budaya Bali di masa depan.

***

 

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE

error: Content is protected !!