Harga Emas Dunia Melonjak Pasca Data Inflasi AS di Bawah Ekspektasi
ilustrasi emas/ Pixabay/ balikonten
DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Harga emas dunia mencatat kenaikan signifikan pada penutupan perdagangan Rabu (11/6/2025) waktu setempat atau Kamis (12/6/2025) pagi WIB. Kenaikan ini dipicu oleh rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang ternyata lebih rendah dari prediksi para ekonom, memicu optimisme di pasar keuangan global.
Berdasarkan laporan Reuters, harga emas di pasar spot naik tipis sebesar 0,1 persen, mencapai level 3.324,72 dolar AS per ons. Kenaikan ini bahkan sempat menyentuh 1 persen pada awal sesi perdagangan. Sementara itu, harga emas berjangka di Comex New York Exchange stabil di angka 3.343,7 dolar AS per ons, menunjukkan sentimen positif di kalangan investor.
Data Indeks Harga Konsumen (IHK) AS untuk Mei 2025 menunjukkan inflasi bulanan hanya sebesar 0,1 persen, turun dari 0,2 persen pada bulan sebelumnya. Angka ini membawa tingkat inflasi tahunan ke level 2,4 persen, lebih rendah dari perkiraan ekonom yang memprediksi inflasi bulanan 0,2 persen dan inflasi tahunan 2,5 persen, sesuai survei Reuters.
Inflasi Rendah, Harapan Penurunan Suku Bunga Menguat
Inflasi yang melambat ini memperkuat keyakinan pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) kemungkinan akan memulai pemangkasan suku bunga pada September 2025. Menurut alat CME FedWatch, peluang The Fed menurunkan suku bunga pada bulan tersebut kini mencapai 68 persen.
“Laju inflasi inti yang lebih rendah mendorong harga logam mulia, termasuk emas, untuk naik. Penurunan imbal hasil obligasi dan melemahnya dolar AS menjadi pemicu utama. Pasar kini semakin yakin bahwa The Fed akan segera melonggarkan kebijakan moneternya,” ujar Tai Wong, seorang pedagang logam independen.
Dinamika Perdagangan AS-China dan Ketegangan Timur Tengah
Di sisi lain, perkembangan positif dalam negosiasi perdagangan antara AS dan China turut memengaruhi dinamika pasar. Presiden AS Donald Trump mengumumkan tercapainya kesepakatan dengan China, di mana Beijing akan memasok magnet dan mineral tanah jarang, sementara AS memperbolehkan mahasiswa China belajar di universitas-universitasnya. Kesepakatan ini meredakan ketegangan perdagangan global, memberikan angin segar bagi perekonomian dunia.
Namun, kondisi ini sedikit mengurangi pesona emas sebagai aset safe haven, yang biasanya dicari investor saat ketidakpastian ekonomi atau geopolitik meningkat. Sementara itu, ketegangan di Timur Tengah masih berlangsung. AS dikabarkan tengah mempersiapkan evakuasi sebagian staf kedutaannya di Irak akibat risiko keamanan yang meningkat, meskipun belum ada keterangan resmi mengenai ancaman spesifik yang menjadi penyebab.
Prospek Emas ke Depan
Kenaikan harga emas dunia kali ini menunjukkan sensitivitas pasar terhadap data ekonomi makro seperti inflasi dan kebijakan moneter The Fed. Dengan ekspektasi penurunan suku bunga yang semakin kuat, emas berpotensi tetap menjadi investasi menarik bagi investor yang mencari stabilitas di tengah fluktuasi pasar. Namun, perkembangan geopolitik dan perdagangan global juga akan terus memengaruhi arah harga emas dalam jangka pendek.
***