JAKARTA, BALIKONTEN.COM – Harga emas dunia mengalami penurunan signifikan seiring membaiknya sentimen perdagangan global. Pada Rabu (14/5/2025), harga emas spot turun 2,1% ke USD 3.188,52 per ons, level terendah sejak 11 April 2025, setelah sempat mencatatkan angka USD 3.174,62. Kontrak berjangka emas AS juga melemah 1,9% ke USD 3.186,00 per ons, menurut laporan CNBC (15/5/2025).
Kenaikan minat terhadap aset berisiko ini dipicu oleh kemajuan dalam perjanjian dagang, terutama antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Penurunan tarif impor yang signifikan serta masa jeda 90 hari untuk menyelesaikan detail kesepakatan telah memicu reli di pasar saham global, meninggalkan emas sebagai aset safe haven di posisi kurang menarik.
Kebijakan Dagang AS-Tiongkok dan Dampaknya
Kesepakatan dagang menjadi sorotan utama. Washington dan Beijing menyepakati pengurangan tarif impor yang substansial, disertai dengan rencana masa jeda selama 90 hari untuk merampungkan negosiasi. Presiden AS Joe Biden, dalam sebuah wawancara pada Selasa (13/5/2025), menyatakan keterbukaannya untuk bernegosiasi langsung dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping guna memastikan kelancaran pakta dagang ini.
Tak hanya dengan Tiongkok, Biden juga mengungkapkan potensi kesepakatan dagang dengan India, Jepang, dan Korea Selatan. Perkembangan ini mendorong indeks utama Wall Street menguat, mencerminkan optimisme pelaku pasar terhadap prospek ekonomi global.
Prospek Harga Emas dan Pengaruh The Fed
Emas, yang dikenal sebagai safe haven di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi, sempat mencatatkan rekor tertinggi USD 3.500,05 pada bulan lalu. Sepanjang 2025, harga emas telah melonjak 21,6%, menunjukkan tren jangka panjang yang masih positif. Namun, analis pasar Fawad Razaqzada memperingatkan bahwa tekanan penurunan harga mungkin berlanjut dalam waktu dekat.
“Level penurunan pertama yang perlu diwaspadai adalah USD 3.136, diikuti USD 3.073, dengan level kritis berikutnya di USD 3.000,” jelas Razaqzada.
Pelaku pasar kini menanti rilis data indeks harga produsen (PPI) AS pada Kamis (15/5/2025), setelah data indeks harga konsumen menunjukkan hasil di bawah ekspektasi. Data ini akan menjadi indikator penting bagi arah kebijakan suku bunga The Fed, yang memiliki pengaruh besar terhadap daya tarik emas sebagai aset tanpa imbal hasil (zero-yielding).
Kesimpulan
Penurunan harga emas dunia mencerminkan pergeseran sentimen investor menuju aset berisiko seiring membaiknya prospek perdagangan global. Meski demikian, emas tetap menjadi pilihan strategis bagi investor yang mencari perlindungan dari ketidakpastian ekonomi jangka panjang. Dengan data ekonomi AS yang akan dirilis dan potensi perubahan kebijakan The Fed, pergerakan harga emas dalam beberapa minggu ke depan akan terus menjadi sorotan.