DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Setiap 210 hari sekali, umat Hindu di Bali memperingati Tumpek Wayang, yang jatuh pada Saniscara Kliwon Wuku Wayang berdasarkan kalender Bali. Salah satu tradisi penting menjelang perayaan ini adalah memasang seselat, sebuah praktik spiritual yang mengakar kuat dalam budaya Bali.
Seselat, atau sering disebut sasuwek, ditempatkan di sejumlah sudut rumah, termasuk pada pagar dan pelinggih. Tradisi ini diyakini memiliki makna spiritual mendalam, yakni sebagai upaya melindungi rumah dari energi negatif sekaligus menyucikan lingkungan tempat tinggal.
Kaitan Tumpek Wayang dengan Kisah Dewa Kumara
Tumpek Wayang memiliki hubungan erat dengan cerita Dewa Kumara yang hampir dimangsa oleh Batara Kala karena kelahirannya bertepatan dengan Wuku Wayang. Oleh karena itu, anak-anak yang lahir pada Wuku Wayang dianjurkan untuk menjalani upacara mebayuh oton atau sapuh leger saat Tumpek Wayang berlangsung.
Sapuh leger adalah prosesi ruwatan yang dilakukan di griya atau tempat suci lainnya untuk membersihkan anak dari pengaruh negatif dan memastikan keselamatan hidupnya. Upacara ini menjadi salah satu simbol penting dalam menjaga keseimbangan spiritual di Bali.
Makna dan Proses Memasang Seselat
Menurut Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, sehari sebelum Tumpek Wayang, yang dikenal sebagai Sukra Wayang atau hari ala paksa, dianggap sebagai momen ketika kekuatan negatif meningkat. Hari tersebut disebut sebagai waktu cemer atau penuh kekotoran spiritual, sehingga diperlukan tindakan khusus untuk menangkal energi buruk.
Seselat terbuat dari potongan pandan berduri atau tumbuhan berduri lainnya yang telah diolesi kapur sirih. Benda ini dipasang di berbagai titik rumah seperti sanggah kemulan, pelinggih, sumur, dan pagar. Tradisi ini bertujuan menciptakan perisai spiritual yang melindungi rumah beserta penghuninya dari ancaman energi negatif maupun roh jahat.
Tahapan dalam Prosesi Meseselat
Pemasangan seselat dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut:
- Persiapan: Bahan-bahan seperti pandan berduri dan kapur sirih disiapkan. Proses ini dilakukan dengan penuh khidmat sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi.
- Pemasangan: Seselat dipasang di berbagai sudut rumah. Potongan pandan berduri ini diikat menggunakan benang tridatu, yang melambangkan perlindungan dan kekuatan suci.
- Pengambilan: Pada hari Tumpek Wayang, seselat yang telah dipasang sebelumnya dikumpulkan kembali.
- Penempatan: Seselat yang telah dikumpulkan diletakkan di lebuh (pintu masuk rumah) atau dalam sidi/niru (wadah berlubang) sebagai simbol penyaringan energi negatif.
Tradisi meseselat tidak hanya menjadi upaya menjaga harmoni spiritual, tetapi juga merupakan wujud pelestarian budaya yang terus dijaga oleh masyarakat Bali. Praktik ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keseimbangan antara kehidupan manusia dan alam semesta dalam balutan kearifan lokal. ***