Sekda Adi Arnawa Hadiri HUT Baladika Bali ke-19, Diminta Turut Jaga Stabilitas di Badung
Kajeng Kliwon Uwudan, Ini Banten yang Digunakan dan Hindari Aktifitas ini
BALIKONTEN.COM – Kajeng Kliwon Uwudan merupakan salah satu bagian 3 jenis Kajengkliwon di Bali. Kajeng Kliwon Uwudan ini terjadi setelah Purnama.
Kajeng Kliwon merupakan rainan Hindu yang datang setiap 15 hari sekali dan setidaknya ada 3 jenis kajeng kliwon.
Dari 3 jenis Kajeng Kliwon itu, hanya Kajeng Kliwon Pemelastali yang datang setiap 6 bulan sekali yakni tepat pada Kuningan.
Bagi sebagian besar umat Hindu di Bali, Kajeng Kliwon adalah hari yang dikeramatkan karena kerap dikaitkan dengan ilu pengiwa dan kerp kali digunakan untuk membangkitkan ilmu hitam.
Pun ketika Kajeng Kliwon umat Hindu akan melaksanakan persembahyangan yang berbeda dari biasanya yakni dengan menghaturkan sarana berupa segera dan tipat dampul.
Banten segehan/blabaran menjadi salah satu sarana untuk menetralisir kekuatan negatif.
Kajeng Kliwon terjadi ketika bertemunya Tri Wara Kajeng dengan Panca Wara Kliwon.
Bertemunya Kajeng dan Kliwon ini diyakini sebagai saat energy alam semesta yang memiliki unsur dualitas bertemu satu sama lain.
Energy dalam alam semesta yang ada di Bhuwana Agung semuanya terealisasi dalam Bhuwana Alit atau tubuh manusia itu sendiri.
Saat Kajeng Kliwon Uwudan pada umumnya umat Hindu akan menghaturkan blabaran yang dihaturkan pada masing-masing palinggih di rumah.
Tujuannya untuk memohonkan keselamatan dan berkelimpahan rezeki dari Ida Bhatara yang berstana di palinggih tersebut.
Banten Blabaran dihaturkan di bawah dan dituju kepada penghuni alam bawah yakni manusia, hewan hingga gumatat-gumitit.
Segehan yang dihaturkan saat Kajeng Kliwon yakni Segehan Cacah.
Ala Ayuning Dewasa 8 Pebruari 2024 berdasarkan Kalender Bali
Gagak Anungsang Pati. Tidak baik melakukan upacara membakar mayat, atiwa-tiwa (Alahing dewasa 2).
Kala Kutila Manik. Baik untuk membuat ranjau, pagar, rintangan, lubang penghalang maupun pemisah, alat perangkap, upacara Bhuta Yadnya. (Alahing dewasa 4).
Kala Lutung Megandong. Baik untuk menanam pijer (bibit kelapa yang baru tumbuh), menanam buah-buahan. (Alahing dewasa 4).
Karnasula. Baik untuk membuat kentongan, bajra, kendang, kroncongan (denta sapi dari kayu) dan sejenisnya. Tidak baik untuk membangun rumah tempat tidur, mengadakan rapat atau pertemuan. (Alahing dewasa 3).
Lutung Megandong. Baik untuk menanam buah-buahan dan umbi-umbian (Alahing dewasa 3).
Panca Prawani. Tidak baik dipakai dewasa ayu. (Alahing dewasa 2).
Pepedan. Baik untuk membuka lahan pertanian baru. Tidak baik untuk membuat peralatan dari besi. (Alahing dewasa 3).
Purwani. Tidak baik dipakai dewasa. (Alahing dewasa 2).
Rangda Tiga. Tidak baik melakukan upacara pawiwahan. (Alahing dewasa 3).
Srigati Jenek. Baik untuk membibit/menanam padi, menyimpan padi dilumbung, serta pelaksanaan upacaranya. (Alahing dewasa 4).
Taliwangke. Baik untuk memasang tali penghambat di sawah atau di kebun, memperbaiki pagar, membuat tali pengikat padi/benda-benda mati. Tidak baik untuk mulai mengerjakan benang tenun, membuat tali ternak. (Alahing dewasa 3).
Pararasan: Laku Air, Pancasuda: Bumi Kepetak, Ekajalaresi: Tininggalin Suka, Pratiti: Jaramerana ***