17/11/2025

Kelahiran Wuku Wayang di Bali: Misteri, Makna, dan Ritual Nyapuleger

tumpek wayang merupakan rahinan suci bagi umat hindu

Ilustrasi Wayang Kulit Bali/ Gede Apgandhi Pranata/ Bulelengpost

DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Dalam kemegahan budaya Bali yang penuh dengan tradisi, kelahiran pada Wuku Wayang menempati posisi khusus yang mengandung makna spiritual yang mendalam.

Bagi masyarakat Hindu Bali, kelahiran seseorang bukan sekadar momen biologis, melainkan perpaduan energi kosmik yang membentuk karakter dan nasib. Wuku Wayang, yang merupakan salah satu dari 30 siklus mingguan dalam kalender Bali, diyakini sebagai masa kelahiran yang tenget (keramat) serta dipenuhi nuansa misterius.

Apa Itu Wuku Wayang di Bali?

Dalam sistem kalender Bali, Wuku adalah siklus 30 minggu, masing-masing berdurasi tujuh hari, yang digunakan untuk menentukan hari baik, buruk, hingga watak seseorang berdasarkan hari kelahirannya. Wuku Wayang sendiri merujuk pada minggu tertentu yang dianggap dipengaruhi oleh energi maya (ilusi) dan Bhatara Kala, dewa yang melambangkan waktu dan kehancuran. Menurut kepercayaan Bali, anak yang lahir pada Wuku Wayang terutama pada hari suci Tumpek Wayang (Saniscara Kliwon Wayang), dianggap membawa karakter keras, cenderung pendiam, namun penuh potensi mistis.

Mengapa disebut tenget? Kisah di baliknya berasal dari lontar Kala Pati Tattwa. Konon, Bhatara Kala lahir pada Tumpek Wayang dan mendapat izin dari Dewa Siwa untuk “memakan” siapa saja yang lahir pada waktu yang sama. Ketika Hyang Kumara, putra Siwa, juga lahir pada Wuku Wayang, ia nyaris dimangsa kakaknya, Bhatara Kala. Untungnya, Hyang Kumara berhasil berlindung di dalam alat musik gender milik seorang dalang, sehingga nyawanya terselamatkan. Kisah ini menjadi dasar mengapa kelahiran Wuku Wayang dianggap perlu diruwat agar terhindar dari pengaruh negatif Bhatara Kala.

Karakter Kelahiran Wuku Wayang

Orang yang lahir pada Wuku Wayang diyakini memiliki watak yang unik. Berdasarkan lontar dan sumber seperti kalenderbali.org, mereka cenderung:

  • Keras dan Berwibawa: Sifat ini sering dikaitkan dengan energi maya yang kuat, membuat mereka tampak berwibawa, namun kadang keras kepala.
  • Pendiam namun Penuh Daya Tarik: Meski tidak banyak bicara, mereka mampu memikat hati orang lain dengan kepribadian yang misterius.
  • Rentan terhadap Musibah: Tanpa ruwatan, mereka diyakini lebih mudah mengalami gangguan seperti sakit atau masalah emosional, karena pengaruh Bhatara Kala.

Namun, tak semua setuju bahwa kelahiran ini selalu negatif. Menurut Ida Pedanda Gede Menara Putra Kekeran, hanya mereka yang lahir tepat pada Jumat (Sukra) Wuku Wayang yang wajib menjalani ritual Sapuh Leger. Pendapat ini menegaskan bahwa tidak semua kelahiran Wuku Wayang harus diruwat, melainkan cukup dengan Bayuh Oton untuk menenangkan energi negatif.

Ritual Nyapuleger: Membersihkan Energi Negatif

Bagi umat Hindu Bali, kelahiran Wuku Wayang sering dikaitkan dengan melik kelahiran, salah satu jenis tanda kelahiran yang dianggap membawa energi mistis. Untuk menyeimbangkan energi ini, ritual Nyapuleger atau Sapuh Leger menjadi tradisi wajib, terutama bagi mereka yang lahir pada Tumpek Wayang. Ritual ini bukan sekadar upacara, melainkan proses spiritual untuk melindungi individu dari pengaruh buruk dan mengarahkan potensi positif mereka.

Ritual Nyapuleger biasanya melibatkan:

  • Pertunjukan Wayang Kulit: Wayang dianggap sebagai medium untuk menetralkan energi negatif, mengacu pada kisah Hyang Kumara yang selamat berkat dalang.
  • Banten Khusus: Seperti banten pratistadurmengalabiokala, dan pejati, yang digunakan untuk memohon perlindungan dan keselamatan.
  • Melukat: Pembersihan spiritual di pura tertentu, seperti Pura Pemaksan Siwa Manik Dalang di Buleleng, yang terkenal sebagai tempat Nyapuleger.

Pura Siwa Manik Dalang di Desa Pemaron, Buleleng, menjadi salah satu destinasi utama untuk ritual ini. Setiap Wuku Wayang, pemedek (umat yang berdoa) datang untuk nangkil (sembahyang) dan melukat, sering kali diiringi pertunjukan wayang kulit yang menampilkan tokoh seperti Tualen dan Bhatara Guru.

Makna Spiritual dan Relevansi di Era Modern

Tradisi kelahiran pada Wuku Wayang di Bali bukan sekadar peninggalan leluhur, tetapi juga mencerminkan pemahaman mendalam mengenai keseimbangan hidup, spiritualitas, serta keterhubungan manusia dengan alam semesta.

Bagi umat Hindu Bali, kelahiran pada Wuku Wayang dipandang sebagai waktu yang tenget (angker) karena diyakini berada di bawah pengaruh Bhatara Kala, membawa pesan spiritual yang kuat tentang pentingnya menjaga harmoni antara energi baik dan buruk dalam diri.

Ritual Nyapuleger, yang dilakukan untuk meruwat mereka yang lahir pada waktu ini, bukan hanya upacara formal, tetapi juga perjalanan batin untuk menemukan keseimbangan dan kedamaian. Meskipun di tengah arus modernisasi, tradisi ini tetap relevan dijalankan, bahkan bagi generasi muda yang kian kritis.

Berdasarkan lontar Kala Pati Tattwa, Wuku Wayang dikaitkan dengan Bhatara Kala, dewa waktu yang melambangkan kehancuran sekaligus transformasi. Anak-anak yang lahir pada periode ini dianggap memiliki potensi besar, tetapi juga rentan terhadap gangguan batin atau musibah jika energinya tidak diseimbangkan. Inilah inti dari ritual Nyapuleger, ialah sebuah proses spiritual untuk “membersihkan” pengaruh negatif dan mengarahkan potensi positif individu. Nyapuleger mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki dualitas, cahaya, dan bayang, baik dan buruk yang harus diterima dan dikelola.

Tips untuk Kamu yang Lahir di Wuku Wayang

Jika kamu atau orang terdekatmu lahir pada Wuku Wayang, berikut beberapa saran:

  1. Konsultasi dengan Ahli Primbon: Untuk memahami hari kelahiranmu secara mendalam, kunjungi sumber terpercaya seperti kalenderbali.org atau konsultasikan dengan sulinggih (pendeta Hindu).
  2. Ikuti Ritual dengan Khusyuk: Jika memungkinkan, lakukan Bayuh Oton atau Nyapuleger di pura seperti Pura Siwa Manik Dalang untuk menenangkan energi batin.
  3. Kelola Emosi dan Potensi: Sifat keras dan pendiam bisa menjadi kekuatan jika diarahkan dengan bijak, misalnya dalam karier yang membutuhkan ketegasan seperti hukum atau seni.

Kelahiran Wuku Wayang adalah cerminan dari kekayaan budaya Bali yang tak hanya indah, tetapi juga penuh makna. Tradisi ini mengingatkan kita bahwa setiap manusia memiliki keunikan, dan dengan kesadaran spiritual, kita bisa mengarahkan energi itu untuk kebaikan. Jadi, apakah kamu lahir di Wuku Wayang? Jika ya, cobalah renungkan, bagaimana karakter ini membentuk perjalanan hidupmu? 

***

 

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE