Kenalan dengan Sistem Pengobatan Tradisional dalam Lontar Usada Bali
ilustrasi gambar obat herbal/ Ajale/ Pixabay/ Balikonten
DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Naskah kuno Lontar Usada menjadi warisan berharga yang membuka jendela pengetahuan leluhur Bali tentang pengobatan tradisional. Ditulis di atas daun lontar dengan bahasa Bali, naskah ini dikenal sebagai Lontar Usada Bali, sebuah khazanah ilmu yang mendokumentasikan berbagai jenis penyakit beserta cara pengobatannya.
Dari penyakit jiwa hingga lepra, ramuan herbal dan teknik pengobatan kuno ini tersebar luas, baik di Bali maupun di luar negeri, menjadi bukti kearifan lokal Nusantara yang tak ternilai.
Di Bali, naskah Lontar Usada banyak disimpan di tempat-tempat istimewa seperti Gedong Kirtya, Perpustakaan Universitas Udayana, dan Balai Bahasa Bali. Tak hanya itu, beberapa koleksi pribadi juga menyimpan warisan ini. Sejumlah naskah telah dialihaksarakan dan diterjemahkan, seperti Usada Sari (2007), Usada Tuju untuk rematik (2007), dan Usada Paneseh (2015).
Katalog Behrend (1998) mencatat judul-judul menarik seperti Usada Paribasa Mahasantra Parisa, Usada Tamba Panastis, dan Usada Penawar Ruruning Upas, yang tersimpan di Perpustakaan Nasional RI di Jakarta. Sementara itu, katalog Wierenga (1998) mendokumentasikan koleksi Lontar Usada di Perpustakaan Universitas Leiden.
Penelitian Tim Fakultas Sastra Universitas Udayana pada 2007 mengungkap beragam judul naskah Lontar Usada yang spesifik, seperti Usada Buduh untuk pengobatan gangguan jiwa, Usada Cukildaki untuk rematik, Usada Dalem untuk penyakit dalam, Usada Ila untuk lepra, Usada Kacacar untuk cacar, Usada Manak untuk perawatan ibu hamil dan persalinan, hingga Usada Panugpugan untuk penyakit akibat black magic. Ada pula Usada Lare untuk anak-anak, Usada Tiwang, Usada Budhakecapi, Usada Kuda, dan Usada Kurantangbolog. Naskah-naskah ini merinci jenis penyakit, bahan ramuan herbal, cara meracik, dan prosedur pengobatan secara mendalam.
Jenis Penyakit Jiwa dan Pengobatannya
Naskah Lontar Usada menguraikan 11 jenis gangguan jiwa, masing-masing dengan gejala dan pengobatan unik:
Suka bernyanyi sendiri
Sering menangis
-
Sering tertawa sendiri
Bermain dengan kotoran
Meracau atau bicara sendiri
Sering tidur dan tak mau makan
Suka marah-marah
Disertai epilepsi
-
Perut bengkak
Memaki dukun yang mengobati
Gejala campuran/umum
Ramuan Herbal untuk Berbagai Penyakit
Penyakit Tuju (Rematik): Gejala sakit pinggang diatasi dengan isi buah kemiri, beras rendaman, dan bawang merah dibakar. Bahan dihaluskan, lalu disemburkan ke pinggang.
Penyakit Panas: Gunakan kulit kayu puri dan nasi kering (beras karag), dihaluskan, lalu dibedakkan ke tubuh.
Penyakit Dalam (Perut Bengkak, Batuk Darah/Nanah):
Obat dalam: Kunyit warangan, kulit pohon pule, kayu batu maswi, tumukus, 3 butir ketumbar, dan minyak kelapa ditumbuk halus, lalu diminum.
Obat luar: Daun kemiri muda, cendana, pohon kembang sepatu, maswi, dan kemiri ditumbuk, lalu disemburkan.
Ibu Melahirkan (Plasenta Tak Keluar): Minum kaun kamurungan dengan arak, atau jahe 7 iris dicampur urang aring, dilumatkan, lalu diminum.
Penyakit Ila (Lepra):
Jenis lungsir: Kulit kayu pangi, kulit kayu bila, dan sinrong wayah dihaluskan, dicampur air cuka tahun, diramu seperti bedak, lalu dioleskan.
Gejala lingkaran putih: Jahe pahit, isin orong, bunga cenkih, cabe jawa, terusi warangan, belerang merah, dan belerang kuning ditumbuk, dicampur air jeruk limau, lalu dioleskan.
Potensi Penelitian Medis
Naskah Lontar Usada Bali menawarkan peluang penelitian medis modern. Misalnya, analisis zat kimia dalam bunga cengkih, cabe jawa, jahe, belerang, daun kemiri muda, dan cendana dapat mengungkap potensi pengobatan lepra dan penyakit dalam, membuka inovasi di dunia kesehatan.
Warisan pengobatan tradisional Bali ini juga menarik perhatian antropolog. Foster (1978) meneliti tradisi pengobatan masyarakat dan melahirkkan istilah etnomedicine, yang membagi pengobatan tradisional menjadi dua: herbal medicine dari tumbuhan dan animal medicine dari hewan. Lontar Usada Bali menjadi bukti nyata bagaimana leluhur Nusantara mengamati gejala penyakit, mendiagnosis, dan meracik ramuan dari tumbuhan serta hewan dengan cermat.
Menjelajahi naskah kuno ini, kita diajak menyaksikan kekayaan ilmu pengetahuan Nusantara. Jauh sebelum teknologi medis modern lahir, nenek moyang Bali telah mahir mengamati tanda-tanda alam dan fenomena penyakit dengan peralatan sederhana. Kepiawaian ini, dipadu dengan kepekaan terhadap alam, melahirkan konstruksi pengetahuan pengobatan yang luar biasa. Lontar Usada Bali tak hanya warisan budaya, tetapi juga inspirasi untuk penelitian medis dan etnomedicine di masa depan.
***