Seputar Bali

Kenapa Selalu Ada Petulangan Saat Ngaben di Bali? Berikut Fungsi dan Jenisnya

petulangan dan wadah selalu berdampingan dan ditemui ketika masyarakat hindu di bali melaksanakan pengabenan, apa fungsinya?

DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Setiap kali melakukan upacara pengabenan, masyarakat atau wisatawan pastilah melihat petulangan yang selalu berdampingan dengan wadah. Keduanya beriringan diarak menuju setra atau kuburan, dari rumah duka layon (jenazah – read) akan ditempatkan pada wadah lalu dilanjutkan menuju kuburan. Kemudian setelah sampai layon dipindahkan ke petulangan untuk menjalani prosesi pembakaran. Lantas apa sebenarnya fungsi dari petulangan ?

Petulangan dalam Upacara Ngaben: Tradisi, Filosofi, dan Keindahan Seni Bali

Bali dikenal dunia sebagai pulau yang kaya akan budaya dan tradisi. Selain adat istiadatnya yang unik, seni khas seperti patung, tari, gamelan, dan sastra turut menjadi daya tarik. Dalam kehidupan masyarakat Hindu di Bali, seni memiliki peran penting, terutama dalam pelaksanaan upacara keagamaan, salah satunya adalah Pitra Yadnya.

BACA JUGA:  Kapan Purnama Tilem Bulan Mei 2024? Simak Jadwalnya

Pitra Yadnya berasal dari kata “Pitra,” yang berarti leluhur atau orang tua, dan “Yadnya,” yang bermakna pengorbanan suci yang tulus. Secara keseluruhan, Pitra Yadnya merujuk pada upacara keagamaan untuk menghormati dan mengantarkan roh keluarga yang telah meninggal menuju alam yang lebih tinggi. Dalam pelaksanaannya, upacara ini memanfaatkan berbagai sarana tradisional, salah satunya adalah petulangan atau wadah upacara.

Makna dan Asal Usul

Petulangan merupakan wadah khusus yang digunakan untuk menempatkan tulang jenazah sebelum prosesi pembakaran pada upacara ngaben. Istilah ini berasal dari kata “tulang” dengan imbuhan “pe-” dan akhiran “-an,” yang mengacu pada tempat atau sarana penyimpanan tulang. Tradisi penggunaan petulangan diyakini telah ada sejak era Kerajaan Gelgel pada abad ke-15 hingga abad ke-16.

BACA JUGA:  Sugihan Jawa, Banten, Doa dan Cara Melaksanakannya

Keberadaannya juga erat kaitannya dengan kepercayaan terhadap simbol-simbol binatang suci. Menurut Drs. Ida Bagus Purwita dari Griya Yang Batu Denpasar, bentuk binatang pada petulangan melambangkan penunjuk jalan bagi roh menuju surga.

Dalam tradisi Hindu, binatang atau sattwa memiliki makna esensial sebagai perwujudan sifat Ilahi, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.  Oleh karena itu, setiap bentuk petulangan mencerminkan harapan agar roh dapat segera mencapai Siwa Loka atau tempat tertinggi di sisi Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Bentuk-Bentuk Petulangan Berdasarkan Tradisi

Dalam naskah kuno Yama Purwana Tattwa, disebutkan berbagai jenis petulangan yang digunakan dalam ngaben. Bentuk-bentuk ini tidak hanya mencerminkan keindahan seni, tetapi juga melambangkan status sosial dan keyakinan keluarga yang bersangkutan. Beberapa jenis petulangan yang umum digunakan meliputi:

BACA JUGA:  Cintamanik, Dewasa Ayu Potong Rambut Menurut Hindu
  1. Lembu

    • Berwarna putih untuk pendeta atau pemangku, dan hitam untuk ksatria atau brahmana welaka.
  2. Macan

    • Berbentuk harimau merah dengan kulit belang, digunakan oleh warga Pasek Pulosari dan Pande.
  3. Singa Ambara Raja

    • Berwarna merah tua dengan sayap, diperuntukkan bagi raja atau warga Tangkas Kori Agung.
  4. Naga Kaang

    • Bersayap dengan badan bersisik, melambangkan sesuatu yang abadi, digunakan oleh arya sentong dan sekte Wisnu.
  5. Gedarba

    • Berbentuk beruang hitam dengan kaki bertanduk, digunakan oleh masyarakat umum.
  6. Sudang-Sudangan

    • Berbentuk ikan bersisik, biasanya digunakan oleh nelayan.
  7. Gajah Mina

    • Berwujud ikan besar berkepala gajah, simbol pemujaan kepada Dewa Wisnu dan digunakan oleh penganut sekte Waisnawa.
BACA JUGA:  Dewasa Ayu Mulai Berdagang Selama Desember 2024 Menurut Hindu

Setiap bentuk petulangan dibuat sesuai dengan kasta, sekte, atau status keluarga dalam masyarakat Bali.

Proses Pembuatan dan Keindahan Seni

Petulangan dibuat dengan memadukan kreativitas dan nilai-nilai seni. Bahan utama meliputi kayu untuk kerangka, bambu untuk anyaman badan, dan kain beludru sebagai pelapis yang menentukan warna. Ornamen tambahan seperti benang, kertas, karton, dan ijuk disusun dengan proporsi dan pewarnaan yang presisi, sehingga menciptakan karya yang estetis dan bermakna.

Keindahan seni petulangan tidak hanya terlihat dari bentuknya, tetapi juga dari filosofi yang terkandung dalam setiap elemen. Hal ini menjadikannya sebagai simbol penting yang melengkapi kekhidmatan upacara Pitra Yadnya.

BACA JUGA:  Jangan Biarkan Hangus, Ini Kode Redeem Aktif Super Sus Senin, 25 November 2024

Makna Religi dan Estetika

Sebagai bagian dari tradisi Bali, petulangan memiliki fungsi religius dan estetika yang mendalam. Tidak hanya mempercantik prosesi ngaben, keberadaannya juga menjadi sarana penghormatan terakhir kepada leluhur dengan makna spiritual yang tinggi.

Penggunaan petulangan menunjukkan betapa masyarakat Bali sangat menghargai tradisi, seni, dan keyakinan mereka. Oleh karena itu, petulangan tetap menjadi elemen penting yang memperkaya keberagaman budaya Bali sekaligus menjadi daya tarik bagi dunia. ***

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE

Shares: