09/08/2025

KEREN! Warga Gianyar Sulap Kotoran Babi Jadi Biogas: Solusi Energi Ramah Lingkungan

KEREN! Warga Gianyar Sulap Kotoran Babi Jadi Biogas Solusi Energi Ramah Lingkungan

KEREN! Warga Gianyar Sulap Kotoran Babi Jadi Biogas Solusi Energi Ramah Lingkungan/ balikonten

GIANYAR, BALIKONTEN.COM – Upaya transisi energi ramah lingkungan kini tak hanya dilakukan di kota-kota besar. Di Banjar Carik, Desa Puhu, Kabupaten Gianyar, Bali, sebuah keluarga berhasil mengubah limbah ternak menjadi solusi energi terbarukan. Ketut Sepot (62), seorang peternak lokal, menyulap kotoran babi dari kandangnya menjadi biogas yang kini digunakan untuk keperluan memasak di rumah dan warung miliknya.

“Inspirasi awalnya dari cerita tetangga. Saya pikir aneh, kok bisa kotoran dijadikan bahan bakar. Setelah dicoba, ternyata benar-benar bisa,” ujar Ketut saat ditemui dalam kegiatan Jelajah Energi Bali yang digelar bersama Institute for Essential Services Reform (IESR).

Dengan memanfaatkan limbah dari enam ekor indukan babi, Ketut memasang instalasi biogas sederhana di pekarangan rumahnya. Empat unit tangki bawah tanah sedalam 1,6 meter menampung limbah kotoran yang kemudian diolah menjadi gas. Instalasi ini ia bangun dengan biaya sekitar Rp5 juta, dan gas yang dihasilkan dialirkan melalui pipa sepanjang 70 meter menuju dapur rumah.

Menurut Ketut, proses fermentasi akan terus berjalan selama suplai kotoran tetap tersedia. “Kalau penuh, kotorannya bisa jadi pupuk juga. Jadi tidak ada yang terbuang,” jelasnya.

Hemat Gas dan Ramah Lingkungan

Sebelum mengenal teknologi biogas dari kotoran babi, Ketut mengaku sering membuang limbah ternaknya ke kebun, yang justru membuat tanaman mati karena baunya yang menyengat. Kini, selain menghemat pemakaian gas LPG, hasil olahan limbah tersebut juga bermanfaat sebagai pupuk organik.

Istrinya, Aryanti, turut merasakan dampak positifnya. “Sekarang kami jarang beli gas LPG 3 kilogram. Biasanya hanya beli kalau ada acara besar saja, karena untuk keperluan sehari-hari sudah cukup pakai biogas ini,” ungkapnya.

Saat ditinjau langsung, kompor mereka menyala dengan api biru stabil, setara dengan LPG. Saat pertama dinyalakan memang muncul bau khas dari pipa gas, namun dalam satu menit bau tersebut menghilang dan kompor bisa menyala selama satu jam penuh.

Potensi Ekonomi dan Lingkungan

Marlistya Citraningrum, Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan IESR, menyatakan bahwa pemanfaatan biogas seperti yang dilakukan warga Desa Puhu bisa menjadi contoh nyata penerapan ekonomi sirkular di tingkat desa. Berdasarkan data IESR, satu rumah tangga pengguna biogas di Desa Puhu mampu menghemat hingga 180 kilogram LPG setiap tahun.

“Ini adalah bukti bahwa solusi energi bersih bisa tumbuh dari desa, tidak harus dari kota besar atau industri besar,” katanya. Ia juga menambahkan bahwa langkah warga Desa Puhu selaras dengan misi Pemprov Bali untuk mencapai emisi nol bersih.

Saat ini, sudah ada tiga kepala keluarga di desa tersebut yang mengadopsi teknologi serupa. Ketut menyebutkan bahwa untuk memulai, dibutuhkan sekitar tiga kubik kotoran sebagai bahan awal. Setelah campuran siap, dalam waktu satu hingga dua minggu gas sudah bisa dimanfaatkan.

Kearifan Lokal untuk Masa Depan Energi Bali

Inisiatif seperti ini menunjukkan bahwa teknologi sederhana yang berpijak pada kearifan lokal mampu menjadi solusi konkret untuk tantangan energi masa kini. Desa Puhu, dengan semangat gotong royong dan pemanfaatan limbah ternak, telah menunjukkan jalan bagaimana energi terbarukan bisa dihasilkan dari lingkungan sekitar.

Dengan pendekatan yang ramah lingkungan, hemat biaya, dan berkelanjutan, biogas dari kotoran babi kini bukan lagi sekadar alternatif, melainkan bagian dari solusi energi masa depan Bali.

***

 

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE

error: Content is protected !!