12/09/2025

Lontar Bali Menyebutkan Tentang Alasan Mengapa Beberapa Tanah Dilarang Dibangun di Bali?

kapan hari baik membangun

Ilustrasi tukang bangunan menuju sebuah rumah/ balikonten

DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Di balik keindahan pulau Bali yang memesona, tersimpan kebijaksanaan leluhur yang terukir rapi dalam lembaran lontar kuno. Manuskrip tradisional ini bukan cuma warisan budaya, tapi juga panduan hidup yang penuh makna. Salah satu ajaran menarik yang masih relevan adalah larangan membangun di lahan tertentu, seperti Karang Tenget, Telajakan, atau Teba Tukad.

Apa alasan di balik aturan ini? Mengapa leluhur Bali begitu tegas melarang pembangunan di sana? Yuk, kita kulik rahasia ini sebagaimana dilansir dari tulisan Sugi Lanus yang dipublikasikan melalui akun Instagram resminya.

Lontar Bali: Harta Karun Kebijaksanaan Leluhur

Lontar Bali adalah jendela menuju masa lalu yang penuh hikmah. Ditulis dengan bahasa penuh simbol dan cerita mitis, manuskrip ini bukan sekadar dongeng, melainkan kumpulan pengalaman leluhur yang masih relevan hingga kini. Bayangkan lontar sebagai buku pegangan nenek moyang yang mengajarkan cara hidup selaras dengan alam.

Dari sekian banyak ajaran, larangan mendirikan bangunan di lahan seperti Karang Tenget, Karang Suwung, Telajakan, atau Teba Tukad menjadi sorotan. Aturan ini bukan cuma tradisi, tapi kearifan lokal yang punya dasar kuat.

Mengapa Telajakan dan Teba Tukad Harus Bebas Bangunan?

Pernahkah kamu melihat lahan kosong di depan rumah tradisional Bali? Itu disebut telajakan, area yang sengaja dibiarkan bebas dari bangunan. Bukan sekadar untuk keindahan, telajakan punya fungsi penting sebagai kanal alami. Saat hujan deras, lahan ini menjadi jalur air yang mencegah banjir dengan membiarkan air mengalir lancar. Bayangkan telajakan sebagai “penyelamat” saat musim hujan tiba!

Sementara itu, teba tukad—lahan di belakang rumah yang berbatasan dengan sungai atau jurang—juga wajib tetap alami. Ini adalah zona penyangga yang menjaga aliran sungai tetap lancar dan mencegah bencana seperti longsor. Dengan menjaga lahan ini kosong, leluhur Bali memastikan ekosistem tetap seimbang, sekaligus melindungi keselamatan warga.

Pelajaran dari Banjir: Ketika Aturan Lontar Diabaikan

Banjir yang kerap melanda Bali, seperti yang terjadi menjelang Hari Pagerwesi, menjadi pengingat betapa pentingnya kearifan lokal. Banyaknya bangunan yang kini berdiri di telajakan dan teba tukad membuat air hujan kehilangan ruang untuk mengalir. Akibatnya, banjir dan kerusakan lingkungan jadi sulit dihindari. Padahal, jika kita mematuhi aturan lontar, dampak bencana ini bisa ditekan seminimal mungkin.

Lontar bukan cuma warisan budaya, tetapi juga panduan lingkungan yang selaras dengan konsep tata ruang modern. Aturan seperti menjaga telajakan dan teba tukad mirip dengan zona penyangga dalam perencanaan kota masa kini. Sayangnya, kearifan ini mulai terlupakan, entah karena kurangnya pemahaman atau lemahnya penegakan aturan.

Menghidupkan Kembali Kearifan Lontar di Era Modern

Banjir di Bali adalah alarm keras untuk kembali melirik kebijaksanaan leluhur. Lontar bisa jadi inspirasi untuk merancang regulasi tata ruang yang lebih baik. Bayangkan jika pengembang properti dan pemerintah daerah menerapkan aturan ini dalam pembangunan. Bencana seperti banjir dan longsor bisa dikurangi, ekosistem terjaga, dan masyarakat hidup lebih harmonis dengan alam.

Menggabungkan kearifan lokal dengan ilmu modern adalah langkah cerdas. Dengan begitu, kita tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga membangun masa depan yang lebih aman dan lestari.

Penutup: Lontar sebagai Warisan dan Solusi Masa Depan

Lontar Bali bukan sekadar lembaran daun kuno, tetapi panduan hidup yang relevan untuk zaman modern. Larangan membangun di lahan seperti Karang Tenget atau Telajakan menunjukkan bahwa leluhur kita sudah paham cara menjaga keseimbangan alam. Dengan menghidupkan kembali kearifan ini, kita bisa melindungi lingkungan sekaligus merangkul warisan budaya.

Mari jadikan lontar sebagai pengingat untuk hidup selaras dengan alam. Yuk, dukung pembangunan yang bijak dan ramah lingkungan demi Bali yang lebih lestari!

***

 

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE

error: Content is protected !!