Seputar Bali

Makna Banyu Pinaruh yang Jarang Diketahui, Ritual Penyucian Diri Setelah Hari Suci Saraswati

Rekomendasi Tempat Melukat di Gianyar, Terbaru 2024

DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Hari Suci Saraswati merupakan momen sakral bagi umat Hindu yang dirayakan setiap 210 hari sekali, tepatnya pada Saniscara Umanis Watugunung. Hari ini dipercaya sebagai waktu turunnya ilmu pengetahuan suci Weda. Sehari setelahnya, umat Hindu melaksanakan tradisi Banyu Pinaruh, sebuah ritual penyucian diri yang sarat akan makna spiritual dan filosofis.

Mengapa Banyu Pinaruh Dilaksanakan Setelah Saraswati?

Banyu Pinaruh menjadi bagian tak terpisahkan dari Hari Suci Saraswati. Jika Saraswati adalah simbol turunnya ilmu pengetahuan, maka Banyu Pinaruh melambangkan kesiapan diri untuk menerima dan mengamalkan pengetahuan tersebut. Ritual ini umumnya dilakukan dengan melukat, yaitu prosesi pembersihan diri di sumber mata air suci seperti pantai, sungai, atau campuhan.

BACA JUGA:  Kajeng Rendetan, Dewasa Ayu Menanam Buah-buahan Maret 2025

Menurut Ida Pandita Sri Rastra Shiwananda, Banyu Pinaruh memiliki filosofi mendalam yang berkaitan dengan siklus kehidupan. Dalam unggahannya di media sosial, ia menjelaskan bahwa perayaan ini menyerupai konsep Tahun Baru Saka, yang diawali dengan keheningan Nyepi. Bedanya, Banyu Pinaruh menandai awal perputaran baru dalam kalender pawukon, di mana kebersihan jasmani dan rohani menjadi fondasi memasuki fase kehidupan selanjutnya.

Siklus Pawukon dan Makna Spiritualitas Banyu Pinaruh

Dalam sistem pawukon, terdapat 30 wuku yang masing-masing berlangsung selama tujuh hari. Wuku terakhir, yaitu Watugunung, berakhir pada Saniscara (Sabtu), bersamaan dengan perayaan Saraswati. Sehari setelahnya, Redite Pahing Sinta menandai awal wuku baru, yang diawali dengan Banyu Pinaruh.

“Pawukon dimulai dari Sinta dan berakhir di Watugunung. Demikian pula perjalanan spiritual kita: dimulai dengan kebersihan diri melalui Banyu Pinaruh, dan berakhir pada kebijaksanaan yang dilambangkan oleh Saraswati,” ujar Ida Pandita dari Geria Tapowana Pujung Sari, Tabanan.

BACA JUGA:  Gerakkan Ekonomi, PPBI dan Alas Harum Gelar Festival UMKM

Namun, pembersihan fisik saja tidak cukup. Ida Pandita menekankan bahwa selain mandi, umat Hindu dianjurkan untuk melakukan panglukatan guna membersihkan jiwa dan pikiran. Hanya dengan kesucian lahir dan batin, seseorang dapat memulai perjalanan hidup yang lebih baik.

Kesimpulan: Awal Baru dengan Kebersihan Diri dan Jiwa

Banyu Pinaruh bukan sekadar ritual mandi, tetapi simbol awal baru dalam perjalanan spiritual. Dengan tubuh yang bersih dan jiwa yang suci, umat Hindu diharapkan dapat menjalani kehidupan yang lebih sehat, sukses, dan penuh berkah. Tradisi ini mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan yang diperoleh harus disertai dengan kesiapan diri, baik secara jasmani maupun rohani, agar dapat memberikan manfaat dalam kehidupan sehari-hari.

BACA JUGA:  Dewasa Ayu Menebang Kayu Januari - Februari 2025

Melalui ritual ini, umat Hindu tidak hanya menyucikan diri tetapi juga meneguhkan kembali hubungan dengan alam, sesama, dan pengetahuan suci yang menjadi landasan kehidupan. ***

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE

Shares: