Makna dan Banten Purnama Sasih Karo 2025, Waktu yang Tepat untuk Berdana

ilustrasi banten/ balikonten
DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Hari ini umat Hindu di Bali merayakan rahinan Purnama Sasih Karo, sebuah hari suci yang diperingati setiap 30 hari sekali sesuai penanggalan kalender Bali. Seperti tradisi rahinan lainnya, umat Hindu melaksanakan persembahyangan mulai dari lingkup keluarga, sanggar, hingga pura kahyangan jagat untuk menghormati Sang Hyang Candra, yang juga dikenal sebagai Sang Hyang Ketu, dewa yang melambangkan kecemerlangan.
Purnama berasal dari kata “Purna” yang berarti sempurna. Dalam kalender Bali, terdapat 12 jenis Purnama yang masing-masing terkait dengan sasih atau bulan dalam sistem penanggalan Bali. Hari suci ini menjadi momen penting bagi umat Hindu untuk memuja Sang Hyang Candra, dengan sarana persembahan seperti canang sari, yang disesuaikan dengan tradisi desa kala patra serta kemampuan masing-masing individu.
Menurut Lontar Sundarigama, Purnama dan Tilem merupakan hari penyucian bagi Sang Hyang Rwa Bhineda, yaitu Sang Hyang Surya dan Sang Hyang Candra. Pada saat Purnama, Sang Hyang Candra sedang beryoga, sementara pada Tilem, Sang Hyang Surya yang melaksanakan payogan. Lontar ini juga menyebutkan bahwa umat dianjurkan untuk menjaga kesucian batin, mengaturkan wangi-wangian, serta canang sari sebagai persembahan kepada para dewa di sanggar, parhyangan, dan tempat suci lainnya.
Selain sebagai hari untuk persembahyangan, Purnama juga dianggap sebagai waktu yang tepat untuk melaksanakan dana punia atau amal kebajikan. Namun, tidak semua Purnama otomatis dianggap sebagai hari baik, karena hal ini bergantung pada perhitungan wariga dalam tradisi Bali.
12 Jenis Purnama Berdasarkan Sasih
Berikut adalah 12 jenis Purnama yang diperingati berdasarkan sasih dalam kalender Bali:
Purnama Kasa
Purnama Karo
Purnama Ketiga
-
Purnama Kapat
Purnama Kalima
Purnama Kanem
Purnama Kapitu
Purnama Kawulu
Purnama Kasanga
-
Purnama Kadasa
Purnama Jyesta
Purnama Sada
Peringatan Purnama Sasih Karo menjadi salah satu wujud kekayaan tradisi spiritual umat Hindu di Bali. Dengan menjaga keselarasan antara persembahan, doa, dan tradisi lokal, umat Hindu terus melestarikan warisan budaya yang telah dijalankan selama berabad-abad.
***
