Makna Filosofis Purnama Kapat: Titik Nol dalam Budaya Bali

ilustrasi gambar banten/ balikonten
DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Di Bali, Purnama Kapat dikenal sebagai momen istimewa yang sarat makna filosofis dan astronomis. Dalam bahasa Sanskerta, istilah ini disebut Kartika, yang sering dikaitkan dengan musim semi di mana bunga-bunga mulai bermekaran.
Purnama Kapat juga dianggap sebagai suba dewasa, atau hari baik yang setara dengan Purnama Kedasa, menjadikannya waktu ideal untuk berbagai kegiatan keagamaan dalam tradisi Hindu Bali.
Konsep ini selaras dengan kidung Warga Sari yang menyebutkan “Kartika panedenging sari,” yang berarti Purnama Kapat melambangkan musim semi dengan mekarnya bunga-bunga. Dalam agama Hindu yang menekankan bhakti atau pengabdian kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, bunga memegang peran penting sebagai simbol kesucian.
Oleh karena itu, saat bunga-bunga sedang bermekaran, hari ini menjadi sangat spesial untuk melaksanakan ritual keagamaan, memperkuat ikatan spiritual dengan alam semesta. Dari perspektif astronomi di Bali, Purnama Kapat ditandai dengan posisi matahari tepat di garis katulistiwa.
Dalam bahasa Bali, kondisi ini disebut majeg, di mana matahari berada persis di atas ubun-ubun, melambangkan titik nol atau angka 0. Titik nol ini merepresentasikan sunya, atau konsep ketidakadaan yang bersifat niskala—dimensi spiritual yang tak terlihat.
Posisi ini memberikan makna mendalam pada perayaan, di mana masyarakat dianjurkan untuk melakukan pembersihan diri dan membangun sifat-sifat kedewataan, mirip dengan pertumbuhan bunga yang sedang berkembang.
Proses pembersihan ini tidak terbatas pada tubuh manusia saja, melainkan mencakup seluruh alam semesta beserta isinya. Ritual keagamaan menjadi sarana utama untuk mencapai hal tersebut, sehingga setiap Purnama Kapat, Pulau Bali dipenuhi dengan berbagai kegiatan upacara dan bhakti.
Aktivitas ini diyakini membawa pahala yang maksimal, terutama karena matahari berada di garis khatulistiwa, yang dikenal sebagai Wiswayana. Segala bentuk ritual atau dana punia yang dilakukan pada hari ini akan menerima limpahan karunia yang berlipat ganda dibandingkan dengan yadnya pada hari-hari biasa. Inilah esensi filosofis dan astrologis dari perayaan Purnama Kapat, yang menggabungkan elemen alam, spiritualitas, dan tradisi Hindu Bali secara harmonis.
***
