15/10/2025

Makna Hari Purnama Sasih Kapat bagi Umat Hindu di Bali

doa dan mantram hindu yang digunakan saat purnama tilem

ilustrasi banten/badungkab.go.id/balikonten

DENPASAR, BALIKONTEN.COM – 

Purnama Sasih Kapat dikenal sebagai momen paling ideal untuk menggelar upacara Dewa Yadnya. Meskipun hari-hari dan sasih lainnya juga dianggap baik, hari purnama ini membawa vibrasi positif yang diyakini bertahan selama satu bulan ke depan.

Tanda-tandanya terlihat dari bunga-bunga yang mulai mekar, menandai siklus Kartika Massa. Bagi masyarakat Bali, hari ini disambut sebagai waktu penuh berkah dan kesucian yang mendalam.

Dilihat dari sistem kalender lunar-solar yang menggabungkan pergerakan bulan dan matahari, Purnama Sasih Kapat terjadi ketika bulan berada tepat pada garis lurus di atas ekuator.

Fenomena alam ini membuat bulan bersinar penuh, menciptakan suasana yang secara filosofis sangat mendukung pelaksanaan upacara Dewa Yadnya. Alam sekitar terasa begitu indah dan harmonis, dengan vibrasi serta atmosfer bumi yang kondusif untuk meningkatkan spiritualitas para sadhaka.

Ciri khasnya meliputi munculnya gerimis ringan atau yang disebut riris, disertai bunga-bunga yang mekar dan menebarkan aroma wangi, serta kabut tipis yang menyelimuti setelah musim kemarau panjang usai. Inilah yang menjadikan momen ini sebagai hari terbaik untuk ritual suci tersebut.

Hari berkah seperti Purnama Sasih Kapat tidak hanya dimaknai secara dalam oleh masyarakat umum. Para kawi, atau para seniman dan penyair, juga memanfaatkannya untuk menuangkan kreativitas mereka dengan intens. Mereka sering melakukan perjalanan suci, berkelana mencari inspirasi ke gunung dan laut, yang dikenal sebagai nyegara giri atau pasir-ukir.

Di pesisir pantai, pohon-pohon pandan atau pudak mulai berbunga mekar. Dalam perenungan itu, para kawi melakukan ekagrata, yakni memusatkan pikiran, sambil memuja Dewa Smara—Dewa Keindahan—yang tak lain adalah Hyang Hyaning Kartika atau Dewa Bulan. Kegiatan yoga sastra yang mereka lakukan mencerminkan bentuk konsentrasi pada aksara di ujung pengutik.

Meski proses ini masih bersifat dualitas, pemusatan pikiran melalui perenungan mendalam dan berkepanjangan ini pada akhirnya bertujuan mencapai adwaita ananda, yaitu penyatuan dalam kebahagiaan sejati.

***

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE

error: Content is protected !!