Ada 3 Jenis Kajengkliwon di Bali, Apasaja? Lengkap dengan Bantennya
Makna Otonan Bagi Masyarakat Hindu di Bali
BALIKONTEN.COM – Inilah makna dari otonan dalam masyarakat Hindu di Bali. Otonan dilaksanakan setiap 210 hari sekali atau tepatnya 6 bulan kalender Bali.
Otonan ini sebenarnya hari kelahiran versi Bali. I Gusti Ketut Widana dalam bukunya yang berjudul Lima Cara Beryadnya menyebutkan bahwa ulang tahun tidakalh berakar pada ajaran dan tuntunan agama Hindu.
Upakara ngotonin bukan sekedar pelaksanaan yadnya namun juga mencakup seluruh aspek yang diperlukan dalam memperingati hari kelahiran.
Otonan atau ngotonin juga memiliki makna sebagai ucapan rasa syukur atas anugerah yang telah diterima berupa kerahayuan.
Ngotonin juga menjadi cara untuk meningkatkan rasa bhakti umat kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Sarana Melaksanakan Otonan
Sarana pokok sebagai upakara dalam otonan ini adalah; biyukawonan, tebasan lima, tumpeng lima, gebogan dan sesayut. Umat bisa melibatkan pemangku untuk muput banten otonan.
Doa untuk Melaksanakan Otonan
Bagi yang melaksanakan otonan akan memegang dulang yang telah berisi banten sesayut dan ini dilakukan sebelum natab.
Umat akan memutar sesayut di atas dulang itu sebanyak 3 kali searah jarum jam atau atau arah pra sawia.
Doa yang digunakan sebagai berikut ini: “Ne cening ngilehang sampan, ngilehang perahu, batu mokocok, tungked bungbungan, teked dipasisi napetang perahu bencah”.
Artinya Dalam Bahasa Indonesia:
Ini kamu memutar sampan, memutar perahu, batu makocok, tongkat bungbung, sampai di pantai menemui kapal terdampar.
Kemudian dilanjutkan dengan matetebusan yakni dua benang kapas berwarna putih diletakkan di atas kepala, kedua telingan dan digelangkan pada kedua tangan yang meoton.
Sembari mengucapkan doa ‘Jani cening magelang benang, apang cening mauwat kawat matulang besi’.
Artinya dengan gelang itu, diharapkan anaknya bisa memiliki tubuh yang sehat kayaknya memiliki otot kawat dan tulang besi.
Ngotonin Upakara Pingit
Lontar Smarareka menyebutkan tentang ngotonin sebagai berikut: Dina wetune dadi uger-uger, ngaran pingit. Pinget ngaran oton, ayua lali weton, apan sami-sami wenang wetonin, sarwa umetik mwang wawangunan, apan dina wetune wiwitaning dina wetune, yan lali ring weton, dudu manusa, apan manusa wiwiting dina wawaran. Wawaran sami ngajak urip, saluiring wetu urip.
Artinya:
Hari kelahiran menjadi patokan yang berarti pingit, Pinget berarti oton, tidak boleh lupa akan weton, karena semua wajib untuk wetonin, sagala jenis tumbuhan dan bangunan, karena hari lahir merupakan asal dari kelahiran, apabila lupa terhadap weton, bukan manusia, karena manusia berasal dari wawaran. Semua wewaran membawa urip, setiap kelahiran merupakan suatu kehidupan.
Cara Menentukan Otonan
Untuk menentukan otonan bisa melibatkan orang yang mengerti wariga. Namun umat juga bisa menghitung sendiri berdasarkan beberapa unsur seperti Saptawara, Pancawara dan juga Wuku kelahiran.
Itulah makna dari otonan dalam masyarakat Hindu di Bali lengkap dengan doa serta penjelasannya singkatnya. ***