Pasar Asia Terkoreksi di Tengah Sorotan Ekspor Jepang dan Kebijakan Trump
Inflasi Bali Tercatat 2.3 Persen pada April 2025/ balikonten
JAKARTA, BALIKONTEN.COM – Sebagian besar bursa saham di kawasan Asia-Pasifik mengalami penurunan, dipicu oleh data perdagangan Jepang yang melemah dan pernyataan kontroversial Donald Trump terkait posisi Jerome Powell sebagai ketua Federal Reserve. Selain itu, sorotan investor tertuju pada penurunan ekspor Jepang selama dua bulan berturut-turut serta ancaman Trump untuk mengenakan tarif tinggi terhadap impor Jepang.
Di Jepang, indeks Nikkei 225 merosot 0,6%, sementara indeks Topix yang mencakup cakupan lebih luas turun tipis 0,11%. Sementara itu, di Korea Selatan, indeks Kospi melemah 0,26%, sedangkan indeks Kosdaq yang berfokus pada perusahaan kecil relatif stabil.
Sebaliknya, bursa Australia menunjukkan performa lebih baik, dengan indeks S&P/ASX 200 naik 0,35%. Kontrak berjangka untuk indeks ini menunjukkan sinyal positif, berada di level 8.588, lebih tinggi dibandingkan penutupan sebelumnya di 8.561,80.
Di Hong Kong, kontrak berjangka indeks Hang Seng menunjukkan potensi penguatan, berada di 24.576, lebih tinggi dari penutupan terakhir di 24.517,76. Sementara itu, di Amerika Serikat, kontrak berjangka S&P 500 turun 0,17%, Nasdaq 100 berjangka melemah 0,18%, dan Dow Jones Industrial Average berjangka merosot sekitar 80 poin atau setara 0,18%.
Mengutip laporan CNBC Internasional, Trump membantah isu pemecatan Jerome Powell setelah sebelumnya menyatakan keinginannya untuk mengganti ketua Federal Reserve tersebut dalam pertemuan dengan anggota parlemen Partai Republik. Dalam kesempatan yang sama, Trump juga menegaskan rencananya untuk mengenakan tarif sebesar 25% pada impor dari Jepang, sekaligus menyatakan bahwa ia tidak mengharapkan adanya kesepakatan dagang yang lebih luas dengan negara tersebut.
Data perdagangan Jepang menambah tekanan pada pasar. Ekspor Jepang pada Juni 2025 tercatat turun 0,5% dibandingkan tahun sebelumnya, melanjutkan kontraksi 1,7% pada Mei 2025. Penurunan ini menandai dua bulan berturut-turut pelemahan ekspor, yang memicu kekhawatiran akan risiko resesi.
Secara spesifik, ekspor Jepang ke China, mitra dagang terbesarnya, anjlok 4,7%. Sementara itu, ekspor ke Amerika Serikat turun lebih dalam, mencapai 11,4% secara tahunan, memperparah penurunan 11% pada bulan sebelumnya. Ketidakpastian ini diperburuk oleh absennya kesepakatan dagang baru dengan AS, yang semakin menekan prospek ekonomi Jepang.
***