Seputar Bali

Peran Penting Petulangan dalam Upacara Ngaben, Lengkap dengan Jenis dan Peruntukannya

Jenis Petulangan Berdasarkan Kasta

DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Petulangan memiliki peran esensial dalam upacara ngaben, yang erat kaitannya dengan keyakinan terhadap hewan-hewan yang dianggap suci dan keramat. Kepercayaan ini berasal dari warisan leluhur yang memandang hewan sebagai simbol kekuatan dan spiritualitas tertentu. Misalnya, kerbau sering dipandang sebagai lambang kesuburan, penolak roh jahat, dan kendaraan roh leluhur di alam baka.

Hal serupa terlihat dalam tradisi masyarakat Toraja, Sulawesi, di mana kerbau menjadi simbol penting dalam prosesi pemakaman. Bahkan, salah satu kerbau yang dipotong dianggap sebagai kendaraan bagi roh orang yang meninggal di akhirat. Kepercayaan ini juga tercermin di Bali, dengan penggunaan petulangan berbentuk lembu dalam upacara ngaben, menggarisbawahi pentingnya hewan ini dalam tradisi penjenazahan (Van Der Hoop, 1949).

Keyakinan serupa terhadap hewan suci juga ditemukan pada binatang menjangan di Bali. Menjangan digambarkan pada ornamen di bagian depan Menjangan Seluang Mospait, rumah suci yang terkait dengan Dewa Mojopahit di Pura Desa Singaraja. Ini menjadi simbol perjalanan sejarah perpindahan masyarakat Hindu Jawa ke Bali setelah keruntuhan Majapahit (Van Der Hoop, 1949).

BACA JUGA:  Dewasa Ayu Mulai Berdagang Selama Desember 2024 Menurut Hindu

Selain lembu, hewan-hewan lain seperti singa, naga, dan menjangan memiliki posisi spiritual tersendiri. Lembu, misalnya, dipercaya sebagai wahana Dewa Siwa, sementara singa menjadi wahana Dewa Brahma, dan naga menjadi wahana Dewa Wisnu. Hewan-hewan ini dihormati layaknya manifestasi para dewa.

Menurut Drs. Ida Bagus Purwita, yang kini menjadi sulinggih, secara filosofis, petulangan berbentuk hewan mencerminkan petunjuk jalan menuju surga bagi roh orang yang telah meninggal. Kata “sattwa” yang berarti esensial, merepresentasikan sifat dasar spiritual yang mengacu pada Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa). Dengan menggunakan petulangan berbentuk hewan, dipercaya roh akan lebih cepat mencapai Siwa Loka (Ida Sang Hyang Widhi Wasa). Bentuk petulangan tersebut dipilih berdasarkan keyakinan terhadap kesucian hewan tertentu.

BACA JUGA:  Fakta Menarik Tentang Melukat yang Jarang Diketahui, Lengkap dengan Lokasi dan Syaratnya

Jenis Petulangan Berdasarkan Kasta

Dalam tradisi masyarakat Bali, penggunaan bentuk petulangan juga mencerminkan susunan kasta seseorang. Menurut lontar awig-awig Denpasar yang dimiliki Mangku Jero Kuta, bentuk petulangan diatur sebagai berikut:

  • Wangsa Sudra menggunakan bentuk gedarba, macan, atau gajah mina.
  • Sang Aria memilih bentuk menjangan.
  • Sang Kesatria menggunakan petulangan berbentuk singa.
  • Brahmana Welaka memakai bentuk lembu hitam.
  • Pendeta menggunakan petulangan berbentuk lembu putih.
BACA JUGA:  Dewasa Ayu Potong Rambut Juli 2024, Awal dan Pertengahan Bulan

Fungsi dan Makna Petulangan

Secara umum, petulangan memiliki beberapa fungsi utama dalam upacara ngaben:

  1. Sebagai Tempat Pembakaran Jenazah
    Petulangan berfungsi sebagai sarana pembakaran jenazah, yang secara spiritual membantu roh menuju alam baka, baik surga maupun neraka, sesuai hasil perbuatannya di dunia.
  2. Menunjukkan Identitas Sekte Leluhur
    Petulangan mencerminkan sekte atau keyakinan yang dianut oleh leluhur seseorang.
  3. Menggambarkan Watak dan Peran Sosial
    Bentuk petulangan juga melambangkan sifat, peran, dan kewajiban seseorang dalam masyarakat.
  4. Sebagai Wujud Rasa Bakti kepada Dewa
    Dengan meniru wahana para dewa, penggunaan petulangan menunjukkan penghormatan mendalam kepada Ida Sang Hyang Widhi.
  5. Ekspresi Seni dan Kepuasan Batin
    Pembuatan petulangan juga menjadi sarana untuk mengekspresikan seni yang membawa kepuasan bagi keluarga yang melaksanakan upacara, seniman yang mengerjakannya, dan masyarakat yang menyaksikannya.
BACA JUGA:  Tilem Kesanga dan Purnama Kedasa, Ini Daftar Purnama Tilem Maret 2024

Melalui fungsi-fungsi tersebut, petulangan tidak hanya menjadi elemen fisik dalam upacara ngaben, tetapi juga memiliki nilai filosofis, sosial, dan spiritual yang mendalam bagi masyarakat Bali. ***

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE

Shares: