Pesona Spiritual Batu Makocok di Pura Watu Klotok Klungkung

Pura Watu Klotok/ Google Maps/ Balikonten
KLUNGKUNG, BALIKONTEN.COM – Pura Watu Klotok, yang terletak di Desa Tojan, Kecamatan Gelgel, Kabupaten Klungkung, Bali, menjadi magnet bagi para pencari kedamaian batin. Berlokasi di tepi Pantai Klotok, pura ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga destinasi spiritual untuk mendekatkan diri pada keagungan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Keunikan pura ini terletak pada sebuah batu keramat yang dikenal sebagai batu makocok, yang menjadi daya tarik utama sekaligus asal-usul nama pura ini.
Batu Makocok: Peninggalan Penuh Misteri
Batu makocok, atau sering disebut batu makocel, adalah peninggalan bersejarah yang disucikan di Pura Watu Klotok. Menurut Jero Mangku Gede, pemangku pura, batu ini memiliki keistimewaan tersendiri.
Saat proses pemugaran palinggih tahun 2021 lalu, ia pernah mengangkat batu tersebut dan merasakan bobotnya yang cukup berat. Ketika digerakkan, batu ini mengeluarkan suara khas “klutuk-klutuk” dari dalam, yang menjadi asal-usul nama “makocok”. “Saat itulah saya tahu ini batu makocok,” ungkap Jero Mangku Gede, yang berasal dari Desa Tojan.
Asal-usul batu ini masih diselimuti misteri. Berdasarkan cerita yang diturunkan dari kakeknya, batu makocok sudah ada sejak lama, bersamaan dengan berdirinya sebuah palinggih yang dinamakan Watu Klotok. “Entah bagaimana awalnya, tapi kemudian dibangunlah palinggih untuk batu ini,” tuturnya.
Keajaiban Batu Makocok untuk Kesembuhan
Batu makocok yang disucikan di Palinggih Batara Lingsir Watu Klotok dipercaya memiliki kekuatan spiritual. Banyak umat yang datang untuk memohon kesembuhan dari penyakit atau meminta keturunan dengan menggunakan tirta dari batu ini. Jero Mangku Gede menjelaskan bahwa ia membasuh batu tersebut dengan air bungkak gadang untuk keperluan pengobatan. “Saya hanya memohonkan kepada Ida Batara. Banyak yang sudah merasakan hasilnya,” katanya.
Umat yang berkunjung ke Pura Watu Klotok juga sering melakukan ritual pangelukatan atau pembersihan diri. Ritual ini hampir dilakukan setiap hari, kecuali pada hari Pasah. Untuk melukat, umat disarankan membawa lima buah pejati: dua untuk sarana pembersihan di jaba sisi (area luar pura di tepi pantai) dan tiga untuk jeroan (area dalam pura). Selain pejati, diperlukan bungkak gadang dan bungkak gading sebagai sarana pelengkap.
Ritual Pangelukatan di Pura Watu Klotok
Di area jaba sisi, terdapat palinggih untuk Ida Batara Ratu Kanjeng, Ida Ratu Gede Dalem Ped, Ida Ratu Niang Sakti, dan Ratu Dewi. Setelah ritual di jaba sisi selesai, pangelukatan dilanjutkan di jeroan, dengan menghaturkan pejati di Palinggih Batara Lingsir Watu Klotok, Palinggih Batara Segara, dan Padmasana. Untuk permohonan khusus, seperti kesembuhan dari penyakit, umat dapat memohon di Palinggih Batara Lingsir Watu Klotok dengan sarana bungkak gadang. Sedangkan untuk pangelukatan umum, ritual dilakukan di Palinggih Dewi Gangga dengan bungkak gadang dan bungkak gading.
Sumur Suci dan Tirta Pura Watu Klotok
Keunikan lain dari Pura Watu Klotok adalah keberadaan sumur suci di sekitar pohon jepun di area jeroan. Air dari sumur ini, yang berasal dari 118 mata air, digunakan sebagai tirta untuk keperluan upacara. Menariknya, air sumur ini tetap tawar dan tidak pernah surut, bahkan di musim kemarau. “Umat yang membutuhkan tirta untuk upacara bisa memohon di sini. Jumlah canang dan uang kepeng disesuaikan dengan jumlah mata air yang diminta,” jelas Jero Mangku Gede.
Pura Watu Klotok bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga pusat spiritual yang kaya akan nilai sejarah dan keajaiban alam. Keberadaan batu makocok dan sumur suci menjadikan pura ini destinasi yang istimewa bagi umat Hindu dan wisatawan yang ingin merasakan kedamaian serta keajaiban spiritual di Bali.
***
