DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Pelaksanaan Diklat Serati, Pinandita, dan Ida Bhawati oleh Yayasan Santha Yana Dharma di Sekretariat Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi mendapat pengawasan dari PHDI Provinsi Bali.
Ketua PHDI Provinsi Bali I Nyoman Kenak secara langsung meninjau kegiatan tersebut pada Minggu 28 Mei 2023. Hal ini karena PHDI dan Yayasan Santha Yana Dharma telah sepakat bersinergi untuk menggelar Diklat tersebut.
“Ini bagian dari tugas kami, yaitu melakukan monitoring untuk kemudian bisa melakukan evaluasi terhadap Diklat. Diklat ini tentu baik, namun tetap harus diawasi, agar materi yang disampaikan sesuai dengan aturan yang berlaku,” ujar Kenak yang saat itu didampingi Ketua Panitia Diklat, I Wayan Wenen dan Ketua Yayasan Santha Yana, Made Raka.
Dalam peninjauan itu, Kenak menilai tempat pelaksanaan Diklat sudah layak dan representatif. Materi yang disampaikan oleh kalangan akademisi, praktisi dan juga Sulinggih telah sesuai dengan kesatuan tafsir PHDI dan sastra Hindu di Bali.
Ratusan peserta yang mengikuti diklat Serati, pemangku maupun calon Sulinggih menurutnya sangat antusias dalam mengikuti Diklat.
Hal ini sangat penting bagi para pemuka agama ini, karena mereka nantinya akan bersentuhan langsung dengan masyarakat. Melalui Diklat ini, Kenak berharap pemuka agama bisa memberi penjelasan dan tuntunan tentang agama Hindu kepada masyarakat.
“Sementara kami lihat Diklat telah berjalan lancar. Kami telah tekankan agar peserta memanfaatkan kesempatan ini dengan baik, sehingga ilmu yang diperoleh nantinya dapat diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat,” sebutnya.
Selain materi kepemangkuan, dalam kesempatan itu Kenak juga menegaskan tentang etika pemangku. Salah satunya Jero Mangku belum terikat dengan Catur Bandana Dharma seperti yang dilakoni oleh Sulinggih.
Misalnya Amari Aran, atau berganti nama, seorang pemangku tidak berganti nama. Namun secara status sosial, tentu akan difungsikan sebagai pemuka agama. Kemudian Amari Busana, yakni pemangku tidak wajib selalu berpakaian pemangku setiap saat.
“Busana pemangku sebaiknya dikenakan saat bersembahyang, ngayah, atau ke tempat-tempat suci. Ngayah tidak hanya ngaturang puja, tapi juga memberi Dharma Wacana, sehingga seorang pemangku harus rajin belajar untuk mengetahui ilmu pengetahuan,” terangnya.
Sementara Ketua Panitia, Wayan Wenen menyebut kedatangan Ketua PHDI Bali ke sekretariat MGPSSR sangat mendadak. Tapi dirinya berterimakasih atas perhatian yang diberikan, sehingga panitia selalu memiliki komitmen untuk menjaga penerapan standar materi pemangku maupun calon Sulinggih.
“Upaya pengawasan ini menandakan sinergi dan kinerja PHDI Baik, peduli kepada umat. Kami berharap pengawasan ini tetap dilakukan, sehingga Diklat dapat melahirkan pemuka agama yang berkualitas dan siap ngayah,” terangnya.