DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 siap memukau publik mulai 21 Juni 2025. Rangkaian acara akan dibuka dengan pawai budaya megah bertajuk Peed Aya di Monumen Perjuangan Rakyat Bali (MPRB), Niti Mandala, Denpasar, diikuti pembukaan resmi malam harinya di panggung terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Bali. Gubernur Bali, Wayan Koster, berharap Presiden RI, Prabowo Subianto, bisa hadir langsung untuk meresmikan gelaran seni tahunan ini.
“Keberadaan Presiden Prabowo akan memberikan semangat lebih pada pembukaan PKB 2025. Kami sudah mengirim undangan resmi ke Istana,” ungkap Koster dalam rapat pleno di Gedung Wiswa Sabha, Denpasar, pada Kamis (5/6). Jika Presiden berhalangan, Pemprov Bali berharap seorang menteri bisa mewakili. Hingga kini, konfirmasi dari Istana masih dinanti.
Tema Jagat Kerthi: Harmoni Manusia dan Alam
Mengusung tema Jagat Kerthi, PKB 2025 mengajak masyarakat merawat keseimbangan antara budaya dan alam semesta. Acara ini bukan sekadar perayaan seni, melainkan panggilan untuk menjaga warisan budaya sekaligus lingkungan.
“Pesta ini milik rakyat, bukan hanya ajang seremonial. Seni harus hidup, menyentuh hati, dan menyampaikan pesan pelestarian,” kata Kepala Dinas Kebudayaan Bali, Prof. I Gede Arya Sugiartha. Ia memastikan persiapan sudah mencapai 90 persen, termasuk pemasangan baliho, penyebaran jadwal acara, hingga pameran kerajinan dan industri kreatif yang telah berlangsung sejak pekan lalu.
Desa Adat dan Warisan UNESCO Jadi Sorotan
PKB kali ini menyoroti kekayaan desa adat seperti Pedawa, Penden, Sukawana, dan Kiadan-Plaga, yang akan memamerkan seni dan tradisi lokal mereka. Tak ketinggalan, sembilan tarian warisan takbenda UNESCO, seperti Rejang dan Baris Gede, akan memukau penonton, meski beberapa di antaranya tampil terbatas karena kendala teknis.
Partisipasi komunitas seni melonjak signifikan, dari 285 menjadi 517 kelompok, dengan total 20 ribu seniman terlibat. “Ini bukti semangat seni Bali tak pernah padam,” tambah Prof. Arya.
Nuansa Internasional dan Kebijakan Ramah Lingkungan
Tahun ini, PKB menghadirkan delegasi seni dari India, Kanada, dan Prancis, yang akan tampil dalam simposium dan pertunjukan lintas budaya. Area festival juga akan diramaikan pameran seni rupa dan kuliner tradisional Bali, dengan kebijakan tegas zero plastic policy. “Kami melarang penggunaan botol plastik dan sedotan demi menjaga lingkungan,” jelas Prof. Arya.
Keamanan acara diperketat dengan posko di empat pintu masuk utama. Durasi pawai per kelompok dibatasi tujuh menit demi kelancaran. Meski beberapa kabupaten/kota mengundurkan diri karena keterbatasan dana, mayoritas tetap antusias berpartisipasi.
Anggaran Meningkat, Penghargaan untuk Tokoh Budaya
Anggaran PKB 2025 naik dari Rp6,5 miliar menjadi hampir Rp9 miliar, didukung perguruan tinggi dan sektor swasta. Pemprov Bali juga akan menganugerahkan Sewaka Nugraha kepada sembilan tokoh budaya, masing-masing menerima piagam dan dana pembinaan Rp50 juta sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi mereka.
Ke depan, Dinas Kebudayaan Bali berencana menggelar sensus kebudayaan berbasis desa adat dan menetapkan sejumlah desa sebagai desa budaya pada 2026. “Desa adat adalah jantung budaya Bali, menjaga spiritualitas dan identitas kita,” tutup Prof. Arya.
Dengan perpaduan seni, budaya, dan kepedulian lingkungan, PKB 2025 siap menjadi perayaan yang tak hanya memanjakan mata, tetapi juga menyentuh hati dan menginspirasi pelestarian warisan leluhur.
***