DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Sejak diberlakukan pada Februari 2024, Pungutan Wisatawan Asing (PWA) di Bali telah menunjukkan hasil menggembirakan. Hingga awal Mei 2025, dana yang terkumpul mencapai Rp107 miliar, menandai tahun kedua keberhasilan program ini. PWA menjadi salah satu strategi Bali untuk mendukung pelestarian budaya dan lingkungan, sekaligus meningkatkan pengalaman wisata yang berkelanjutan.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Tjokorda Bagus Pemayun, dalam wawancara pada Rabu (14/5), mengungkapkan bahwa 95 persen turis asing telah mematuhi kewajiban membayar pungutan ini sebelum tiba di Pulau Dewata. “Angka kepatuhan ini sangat positif. Dengan Rp107 miliar terkumpul, kami anggap program ini berjalan sukses,” ujarnya dengan optimisme.
Namun, Tjokorda menjelaskan bahwa sistem pembayaran saat ini masih mengandalkan aplikasi dan tenaga petugas Dinas Pariwisata Bali. Hal ini karena Peraturan Daerah (Perda) Nomor 6/2023 tentang Pungutan Bagi Wisatawan Asing belum disahkan sebagai payung hukum. Akibatnya, kerja sama dengan pihak ketiga untuk mengelola pembayaran belum dapat direalisasikan. “Keterbatasan petugas membuat jumlah pembayar belum sepenuhnya sesuai dengan total kunjungan wisatawan mancanegara. Pemeriksaan masih dilakukan secara acak,” ungkapnya.
Ia menambahkan, jika sistem pemeriksaan bisa lebih canggih—seperti sensor di pusat perbelanjaan yang mendeteksi pembayaran—kepatuhan bisa lebih maksimal. “Bayangkan kalau seperti di mal, ada suara peringatan kalau belum bayar. Itu akan mempermudah,” katanya dengan nada ringan.
Setelah Raperda PWA resmi disahkan, Tjokorda berharap skema pembayaran dapat melibatkan pihak ketiga dengan imbal jasa yang jelas bagi pemangku kepentingan. “Tentu ada perjanjian resmi. Hanya yang benar-benar berkontribusi yang akan mendapat imbalan,” tegasnya.
Dominasi Wisatawan Australia
Hingga April 2025, Bali mencatat kunjungan 2,1 juta wisatawan asing, dengan Australia menjadi negara penyumbang terbesar. Tjokorda memperkirakan bahwa kontribusi PWA juga didominasi oleh wisatawan dari Negeri Kanguru ini. “Australia selalu jadi pasar utama Bali, dan ini tercermin dalam capaian PWA,” tambahnya.
Keberhasilan PWA tidak hanya soal angka, tetapi juga tentang komitmen Bali untuk menjaga kelestarian budaya dan alamnya. Dengan kepatuhan yang terus meningkat dan potensi kerja sama pihak ketiga di masa depan, program ini diharapkan semakin memperkuat posisi Bali sebagai destinasi wisata dunia yang bertanggung jawab.