18/11/2025

Pura Beji Saraswati Gulingan: Oase Spiritual untuk Malukat dan Keberkahan Hidup

Pura Beji Saraswati

Pura Beji Saraswati/ Basabaliwiki/ balikonten

MANGUPURA, BALIKONTEN.COM – Tersembunyi di Banjar Babakan, Desa Adat Gulingan, Mengwi, Badung, Pura Beji Saraswati menawarkan pengalaman spiritual yang memesona. Pura ini bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga destinasi malukat yang kental dengan nuansa mistis dan kedamaian. Dengan 11 pancoran suci yang menjadi ciri khasnya, pura ini mengharuskan pamedek membawa 11 warna bunga dan 11 warna dupa berbeda untuk ritual malukat, menjadikannya unik di antara pura beji lainnya di Bali.

Suasana Sakral di Pura Beji Saraswati

Berjarak hanya 100 meter dari Pura Desa dan Puseh, Pura Beji Saraswati menyapa pengunjung dengan lingkungan yang asri. Puluhan anak tangga berundak mengantar Anda menuju kompleks pura yang dikelilingi pepohonan rimbun dan aliran sungai yang jernih. Suara gemericik air bercampur dengan wangi semerbak dupa menciptakan harmoni yang menenangkan jiwa. “Pura ini sudah ada sejak abad VII, merupakan stana Dewi Saraswati, tempat pertapaan beliau,” ungkap Jero Mangku Gede Wena, pemangku sekaligus pengempon pura, kepada Bali Express.

Jero Mangku Desa, sapaan akrabnya, menuturkan bahwa tugas ngayah di pura ini telah diwariskan secara turun-temurun. “Sejak 1962, saya mulai membantu orang tua membersihkan pura saat piodalan. Resmi menjadi mangku sejak tahun 2000,” kenangnya. Dedikasinya mencerminkan keterikatan mendalam masyarakat Desa Pakraman Gulingan terhadap pura kuno ini.

Asal Usul dan Makna 11 Pancoran

Berbeda dari pura beji pada umumnya yang biasanya distanakan Dewa Wisnu atau Ratu Niang, Pura Beji Saraswati menjadi stana Dewi Saraswati, dewi ilmu pengetahuan dalam mitologi Hindu. Menurut Jero Mangku Desa, nama dan keunikan pura ini berakar dari mitos kuno. “Konon, saat Bali masih berupa hutan belantara, Dewi Saraswati memilih tempat ini untuk mayoga. Dari ketekunan yoganya, muncul 11 mata air suci yang melambangkan aliran ilmu pengetahuan,” paparnya.

Ke-11 pancoran ini bukan hanya simbol, tetapi juga memiliki fungsi sakral. “Tirta dari pancoran digunakan untuk upacara dewa yadnya, seperti piodalan, dan manusia yadnya, terutama malukat,” jelas Jero Mangku. Setiap pancoran diyakini memiliki khasiat berbeda, mulai dari pembersihan mala (kotoran sekala-niskala), memohon kelancaran karir, hingga nunas anak (memohon keturunan).

Ritual Malukat yang Unik

Pujawali di Pura Beji Saraswati diadakan setiap Purnama Kapat, bersamaan dengan piodalan di Pura Desa dan Puseh Gulingan. Namun, ritual malukat di pura ini memiliki aturan khusus yang menarik perhatian. Pamedek diwajibkan membawa tipat kelan dua soroh, 11 warna bunga berbeda, dan 11 warna dupa berbeda untuk malukat utama. “Kalau madya, cukup bunga panca warna, dupa biasa, dan tipat kelan,” tambah Jero Mangku.

Mengapa harus 11 warna? “Itu sudah tradisi turun-temurun. Mungkin karena ada 11 pancoran, jadi satu warna mewakili satu pancoran,” ujarnya. Proses malukat dimulai dengan membasuh tubuh di dua pancoran di pinggir sungai, di bawah pura. Setelah itu, pamedek melanjutkan malukat di 11 pancoran di mandala tengah, lalu menghaturkan tipat kelan di sumber mata air dan palinggih utama. “Selesai malukat, pamedek bersembahyang di mandala utama sambil memohon dengan ikhlas kepada Ida Bhatara,” lanjutnya.

Pantangan dan Keajaiban Pura

Pura Beji Saraswati memiliki aturan ketat untuk menjaga kesucian. Pamedek dilarang membawa pakaian kotor atau bekas cuntaka, dan ibu hamil tidak diperkenankan masuk karena dianggap belum suci. “Urutan ritual juga tidak boleh dilompati. Masuk pura harus dalam keadaan suci,” tegas Jero Mangku.

Keajaiban pura ini juga kerap menjadi buah bibir. Jero Mangku menceritakan pengalaman mistis seorang pamedek yang melihat belut hitam besar di telaga mandala tengah. “Logikanya, bagaimana bisa ada belut di telaga yang jauh dari sungai? Hanya orang tertentu yang bisa melihatnya,” katanya. Cerita ini menambah aura magis pura yang ramai dikunjungi saat Purnama, terutama pada Hari Saraswati, ketika pamedek datang hingga larut malam.

Daya Tarik Spiritual dan Harapan Pamedek

Pura Beji Saraswati bukan hanya tempat malukat, tetapi juga oase bagi mereka yang mencari keberkahan. Banyak pamedek datang untuk melebur mala, memohon kelancaran karir, hingga harapan menjadi calon legislatif. “Paling banyak yang datang untuk pembersihan sekala-niskala, tapi ada juga yang fokus pada karir,” ungkap Jero Mangku.

Bagi Anda yang ingin merasakan kedamaian dan kekuatan spiritual Pura Beji Saraswati, pastikan untuk mempersiapkan banten sesuai aturan dan datang dengan hati tulus. Pura ini bukan hanya destinasi wisata spiritual, tetapi juga cerminan kearifan lokal Bali yang terus hidup hingga kini.

***

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE