Purnama Sasih Kedasa: Momentum Suci Penyucian Diri, Berlangsung IBTK di Pura Besakin hingga Melasti
ilustrasi banten/badungkab.go.id/balikonten
DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Pada Sabtu, 12 April 2025, umat Hindu di Bali akan merayakan Purnama Sasih Kedasa, sebuah momen sakral yang dianggap sebagai inti dari seluruh purnama. Perayaan ini, yang jatuh pada Sasih Kedasa atau bulan kesepuluh dalam kalender Bali, menjadi waktu istimewa untuk penyucian diri, baik secara jasmani maupun rohani, sekaligus menghormati Sang Hyang Sunya Amerta, manifestasi Tuhan sebagai pemberi air suci kehidupan.
Makna Spiritual Purnama Kedasa
Purnama Kedasa bukan sekadar perayaan rutin. Dalam tradisi Hindu Bali, momen ini menandai peralihan musim penghujan ke musim kemarau, sekaligus menjadi simbol pembersihan batin dari segala mala (kekotoran). “Kedasa berasal dari kata ‘kedas’ yang berarti bersih dalam bahasa Bali. Itulah mengapa Purnama Kedasa dianggap sebagai puncak penyucian spiritual,” ungkap Nyoman Suardika, Ketua PHDI Kecamatan Buleleng, kepada media, Selasa (8/4).
Menurut Lontar Sundarigama, Purnama Sasih Kedasa adalah waktu untuk memuja Sang Hyang Sunya Amerta, yang bersemayam di kahyangan sebagai sumber kehidupan. Lontar ini juga menyebutkan, “Mwah Hana pareresiknira sang hyang rwa bhineda, makadi sang hyang surya candra, yatika nengken purnama mwang tilem, ring purnama sang hyang ulan mayoga, yan ring tilem sang hyang surya mayoga.” Artinya, purnama dan tilem adalah saat suci untuk penyucian Sang Hyang Rwa Bhineda, yaitu Dewa Matahari dan Dewa Bulan.
Ritual dan Tradisi Purnama Kedasa
Purnama Kedasa menjadi panggung berbagai ritual suci. Salah satunya adalah Upacara Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Besakih, di mana seluruh dewa diyakini turun ke bumi untuk memberikan berkah kepada umat. Banyak pura di Bali, seperti Sad Kahyangan, Dang Kahyangan, dan Tri Kahyangan, juga menggelar odalan atau upacara perayaan pada hari ini. Umat Hindu mempersembahkan banten sederhana sebagai wujud bhakti di sanggah kemulan maupun pura setempat.
Selain itu, tradisi Melasti turut mewarnai perayaan ini. Desa-desa adat di Bali menggelar prosesi melasti untuk menyucikan pralingga, arca, dan pratima di sumber air suci, seperti laut, danau, atau sungai. “Sasih Kedasa dianggap sebagai Sasih Dewa, waktu yang paling tepat untuk menyucikan segala sesuatu setelah Sasih Kesanga, yang identik dengan puncak mala dan wabah,” jelas Suardika.
Upawasa: Jalan Menuju Kesucian
Purnama Sasih Kedasa juga menjadi waktu ideal untuk melaksanakan brata atau upawasa. Lontar Adi Brata menyebutkan bahwa menjalankan puasa tanpa makan pada hari ini dapat membawa pahala besar, bahkan setara dengan kehidupan seorang raja yang sempurna. “Namun, untuk meraih anugerah tersebut, seseorang harus melakukan yoga, tapa, dan brata dengan penuh kesadaran,” tambah Suardika.
Lontar Tingkahing Brata愈 memperkuat makna penyucian ini. Kata “Tingkahing Brata” merujuk pada pengendalian perilaku sebagai pegangan hidup. Lontar ini menekankan pentingnya menenangkan pikiran dan memahami ajaran Hyang Dharma sebelum menjalankan brata. Disebutkan pula bahwa Sasih Kedasa, khususnya pada penanggal keempat, adalah waktu yang sangat baik untuk penyucian, dengan puncaknya pada Purnama.
Mengapa Purnama Kedasa Istimewa?
Purnama Kedasa bukan hanya soal ritual, tetapi juga tentang transformasi batin. Dalam tradisi Hindu Bali, momen ini mengajak umat untuk merenung, berdoa, dan menjauhkan diri dari hal-hal negatif. Dengan pikiran, perkataan, dan perbuatan yang positif, seseorang dapat mencapai harmoni spiritual.
“Purnama Kedasa adalah inti dari purnama lainnya. Ini adalah waktu untuk melebur kekotoran batin dan meningkatkan kualitas spiritual,” tutup Suardika. Ia mengingatkan umat untuk tidak melewatkan momen suci ini, baik melalui persembahyangan, melasti, maupun brata.
Tradisi yang Hidup di Tengah Modernitas
Di tengah dinamika zaman, Purnama Sasih Kedasa tetap menjadi napas spiritual bagi umat Hindu Bali. Ritual seperti melasti, odalan, dan upawasa tidak hanya memperkuat ikatan dengan leluhur, tetapi juga menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan. Melalui perayaan ini, Bali terus memancarkan pesona budaya dan spiritualitas yang mendalam.
Bagi Anda yang ingin merasakan kedalaman makna Purnama Kedasa, bergabunglah dalam doa dan ritual suci di pura terdekat. Ini adalah waktu untuk kembali ke akar, menyucikan diri, dan menemukan kedamaian batin di bawah sinar bulan purnama.
***