DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali tertekan. Berdasarkan data Refinitiv, pada perdagangan pagi ini, Rabu (18/6/2025), rupiah dibuka pada level Rp 16.330 per dolar AS, melemah 0,21% dibandingkan penutupan sebelumnya. Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) tercatat naik tipis 0,07% ke level 98,9 hingga pukul 09.00 WIB.
Pergerakan pasar keuangan hari ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk keputusan suku bunga dari Bank Indonesia (BI) dan Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed). Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 17-18 Juni 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate di level 5,50%, dengan suku bunga Deposit Facility tetap di 4,75% dan Lending Facility di 6,25%. Keputusan ini sejalan dengan langkah The Fed yang juga menahan suku bunga di kisaran 4,25-4,50% pada pertemuan terbaru, yang diumumkan pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari WIB (19/6/2025).
Keputusan kedua bank sentral untuk tidak memangkas suku bunga tampaknya tidak sesuai dengan harapan sebagian investor, yang mengharapkan stimulus moneter lebih lanjut. Akibatnya, pasar diperkirakan tidak akan bereaksi terlalu positif. Ini menjadi kali keempat The Fed mempertahankan suku bunga setelah pemangkasan terakhir pada Desember 2024. Meski demikian, proyeksi “dot plot” dari Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) menunjukkan kemungkinan dua kali penurunan suku bunga hingga akhir 2025, di tengah perkiraan inflasi yang tetap tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang melambat.
Selain faktor suku bunga, sentimen negatif di pasar keuangan juga dipicu oleh ketegangan geopolitik. Konflik antara Israel dan Iran yang terus memanas, ditambah dukungan negara-negara G7 terhadap Israel, membuat situasi perang belum mereda. Ketidakpastian ini turut memengaruhi dinamika nilai tukar dan stabilitas pasar global.
***