Tawur Balik Sumpah di Puri Agung Jro Kuta
Tawur Balik Sumpah di Puri Agung Jro Kuta/ balikonten
DENPASAR, BALIKONTEN.COM –
Upacara Tawur Balik Sumpah di Puri Agung Jro Kuta pada Selasa 30 September 2025 bukan semata menjadi upacara agama Bhuta Yadnya, namun sekaligus menjadi gelaran budaya yang melibatkan unsur kearifan lokal masyarakat Bali.
Ratusan umat Hindu di berbagai daerah di Bali turut hadir menyaksikan yadnya level tinggi ini. Upacara dipimpin empat sulinggih bersama Ida Dalem Smara Putra, dan dihadiri Penglingsir Puri dan Griya di seluruh Bali
Pangelingsir Puri Agung Jro Kuta, I Gusti Ngurah Jaka Pratidnya menerangkan, upacara Tawur Balik Sumpah sangat jarang digelar.
Idealnya 30 tahun sekali. Maka melalui momen ini, ia ingin mengajak seluruh elemen masyarakat memiliki komitmen yang sama dalam menjaga kelestarian tradisi, adat dan budaya Bali.
“Kita mewarisi budaya yang luar biasa. Kami di puri secara tidak langsung memiliki tanggungjawab untuk menjaga kelestarian ini, agar menjadi tauladan bagi generasi selanjutnya,” ungkapnya di sela kegiatan.
Ia menerangkan, setiap upacara di Bali mengusung konsep Tri Hita Karana, yang maknanya adalah hubungan yang harmonis antara Tuhan, sesama makhluk dan alam semesta.
Sedangkan kehadiran seluruh elemen dalam acara tersebut adalah sebagai Tri Upasaksi. Meliputi Dewa Saksi, Manusa Saksi dan Bhuta Saksi.
Lebih lanjut Manggala Prawartaka Karya, I Gusti Ngurah Bagus Manu Raditya menjelaskan, Tawur ini juga menjadi momen memohon keselarasan baru pasca Bali, khususnya Denpasar diterpa bencana Banjir.
“Ritual ini merupakan Bhuta Yadnya. Jadi upacara ini mengubah elemen bhuta yang bersifat negatif agar berubah menjadi positif, baik dalam konteks diri sendiri atau bhuwana alit, juga bhuwana agung,” terangnya.
Ia menerangkan bahwa karya di Puri Agung Jro Kuta didukung oleh Pasemetonan Puri Agung Jro Kuta, Paiketan Semeton Agung Jero Kuta 23 Jero yg ada di Denpasar dan Badung, termasuk Jero Kuta Kerobokan dan Jero Tegeh Bongan Tabanan.
“Kami juga didukung oleh Wargi, Pekandelan dan Braya Puri Seperti Tigang Dangka Tag Tag, Dukuh Tangkas, Nyangelan Serangan. Juga tiga banjar yakni Panti Gede, Belong Gede, Balun,” ujarnya.
“Ritual selevel ini pernah dilakukan penglingsir kami dulu, sekitar 63 tahun silam. Dan kami sebagai generasi penerus, bangga sekali mendapat tanggung jawab ini. Intinya, upacara ini kami dedikasikan untuk Pulau Bali kita yang tercinta agar terjaga,” sambungnya.
Dalam acara itu juga dilakukan penandatanganan prasasti oleh Raja Klungkung Ida Dalem Smara Putra.
Selanjutnya, puncak karya ini akan berlangsung pada 6 Oktober mendatang. Upacara yang akan digelar adalah Padudusan Agung, Ngenteg Linggih dan Ngebek yang dipimpin tiga sulinggih, bertempat di Merajan Puri Agung Jro Kuta.
Atas gelaran upacara ini, Manu Raditya memohon permakluman kepada seluruh masyarakat atas kemacetan yang ditimbulkan. Ia menyarankan agar masyarakat mengindari Jl. Sutomo pada 6 Oktober mendatang.
***