18/11/2025

Tradisi Unik Saat Galungan di Tabanan dan Gianyar, Ditempat Lain Tak Ada

doa dan rangkaian galungan

Ilustrasi Penjor Galungan/ Philippe HELLOIN / Flicker/ Balikonten

DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Bali selalu menghadirkan pesona tersendiri saat Hari Raya Galungan dan Kuningan tiba. Selain deretan penjor yang menghiasi jalanan, pulau dewata ini kaya akan tradisi lokal yang sarat makna, terutama dalam merayakan kemenangan dharma atas adharma.

Beberapa ritual khas bahkan hanya hidup di desa-desa tertentu, membuat perayaan semakin berwarna. Yuk, simak rangkuman tradisi unik Galungan dan Kuningan di Bali yang wajib kamu ketahui.

1. Ngelinting: Obor Tradisional yang Menyinari Desa Adat Samsam

Di Desa Adat Samsam, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan, ada ritual spesial bernama ngelinting yang digelar tepat pada Penampahan Galungan—sehari sebelum puncak Hari Raya Galungan. Warga setempat menyalakan linting, obor sederhana yang melambangkan cahaya penerang.

Ritual membakar linting ini telah diwariskan secara turun-temurun. Maknanya mendalam: menerangi bhuana agung (alam semesta) dan bhuana alit (jiwa manusia) menjelang Galungan serta Kuningan. Harapannya, perayaan berjalan dengan galang apadang, yakni sinar terang yang membawa berkah melimpah.

Cara membuatnya pun praktis. Ambil ancang atau lidi dari daun kelapa, balut dengan kapas, lalu lumuri minyak kelapa atau minyak goreng biasa. Setelah dibakar, obor ini ditancapkan di pelinggih rumah, termasuk di depan gerbang masuk. Menariknya, varian ngelinting juga ditemui di sejumlah daerah lain di Bali, meski dengan nama dan bentuk yang sedikit berbeda.

2. Ngejot Tumpeng: Penyambutan Hangat untuk Pengantin Baru di Desa Medahan

Berpindah ke Desa Medahan, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, tradisi ngejot tumpeng menjadi sorotan saat Galungan. Warga desa berkeliling dari rumah ke rumah, khusus menyambangi pasangan pengantin baru di lingkungan mereka.

Ngejot tumpeng ini bukan sekadar ucapan selamat, tapi juga simbol penyambutan anggota baru ke dalam komunitas. Mereka membawa alas seperti piring, besek, atau bokor yang berisi banten soda lengkap: sampian, tumpeng, aneka buah segar, kudapan tradisional, serta beras. Semua persembahan ini ditujukan bagi pengantin yang baru menikah dalam kurun enam bulan sebelum Galungan.

Sebagai timbal balik, pengantin baru biasanya membalas dengan tape dan jaja uli kepada para penjotu. Tradisi ini tak hanya memperkuat ikatan silaturahmi, tetapi juga menjaga keharmonisan sosial selama perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan di Bali.

***

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE