Seputar Bali

Tumpek Landep, Ini Banten yang Digunakan Lengkap dengan Makna dan Doa yang Digunakan

tumpek landep apa maknanya

DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Ini beberapa banten Tumpek Landep yang bisa digunakan. Tumpek Landep berlangsung setiap 210 hari atau enam bulan sekali dalam sistem kalender Bali. Hari suci ini jatuh pada Saniscara (Sabtu) Wuku Landep dan memiliki makna mendalam dalam kehidupan spiritual masyarakat Hindu di Bali.

Secara etimologi, “Tumpek” berasal dari kata “Metu” yang berarti bertemu dan “Mpek” yang berarti akhir. Oleh karena itu, Tumpek menjadi simbol pertemuan dua sistem wewaran, yaitu Panca Wara yang berakhir pada Kliwon dan Sapta Wara yang berakhir pada Saniscara (Sabtu). Sementara itu, “Landep” berarti tajam atau runcing, sehingga Tumpek Landep erat kaitannya dengan penghormatan terhadap benda pusaka yang memiliki ketajaman seperti keris, tombak, dan senjata tradisional lainnya.

Makna dan Tradisi Tumpek Landep

Tumpek Landep merupakan bagian dari rangkaian Hari Raya Saraswati. Pada hari ini, umat Hindu tidak hanya melakukan upacara pada benda pusaka, tetapi juga pada berbagai peralatan berbahan logam seperti pisau, sabit, cangkul, hingga kendaraan bermotor. Ritual ini merupakan bentuk rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Ida Bhatara Sang Hyang Pasupati atas anugerah ketajaman—baik dalam hal alat maupun ketajaman berpikir dan kecerdasan manusia.

BACA JUGA:  Plt. Bupati Badung Hadiri Pujawali Ida Betara Pura Luhur Uluwatu

Persembahan dalam Upacara Tumpek Landep

Dalam pelaksanaan Tumpek Landep, umat Hindu di Bali menyiapkan berbagai jenis banten atau sesajen yang disesuaikan dengan tradisi dan kearifan lokal di masing-masing desa. Berikut adalah beberapa jenis banten yang umum digunakan dalam upacara ini:

1. Sesayut Jayeng Perang

  • Dibuat dari daun dong sebagai alas.
  • Terdiri dari tumpeng putih dan barak (merah) serta tumpeng selem (hitam) yang memiliki makna keseimbangan.
  • Berisi beras triwarna (hitam, merah, dan putih), simbol keharmonisan alam.
  • Dilengkapi dengan bunga, air suci, dan perlengkapan keris sebagai wujud penghormatan terhadap benda pusaka.

2. Sesayut Kesuma Yuda

  • Menggunakan beras sebagai alas dengan hiasan bunga warna-warni.
  • Memiliki simbol nyuh gading (kelapa kuning) sebagai perlambang keagungan.
  • Dilengkapi dengan tumpeng pancawarna dan berbagai sesajen pelengkap.
  • Tirta Pasupati sebagai air suci yang dipercayai membawa berkah.
BACA JUGA:  Kajeng Kliwon Uwudan hingga Buda Wage Ukir, Ini Rentetan Rahinan di Akhir Bulan Juli 2024

3. Sesayut Pasupati

  • Mengandung tumpeng merah sebagai simbol kekuatan.
  • Berisi berbagai jenis makanan persembahan, termasuk tipat kelan dan tipat tampulan.
  • Ayam biing (berwarna merah) digunakan sebagai simbol pengorbanan suci.

4. Segehan Agung Pasupati

  • Terdiri dari nasi kepelan berjumlah sembilan sebagai simbol sembilan penjuru mata angin.
  • Dilengkapi dengan api suci (api takep) untuk menyempurnakan ritual.

5. Sesayut Guru

  • Menggunakan kain putih sebagai simbol kesucian.
  • Terdapat tumpeng guru dan perlengkapan banten lainnya.

Selain banten utama di atas, beberapa jenis persembahan lain seperti ayaban, suci, dan byakawon juga dipersiapkan sebagai bagian dari ritual pembersihan. Untuk kendaraan bermotor, biasanya disertakan banten Jayeng Perang sebagai bentuk penghormatan terhadap alat transportasi.

BACA JUGA:  Berbeda dengan Kerasukan, Hati-hati Jika Pura-pura Kerauhan Bisa Kena Pastu

Kesimpulan

Tumpek Landep bukan sekadar ritual penghormatan terhadap benda-benda tajam, tetapi juga memiliki filosofi mendalam tentang ketajaman pikiran dan kecerdasan dalam menjalani kehidupan. Upacara ini mengajarkan umat Hindu untuk selalu bersyukur atas segala anugerah yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan menjaga keseimbangan antara alat, pikiran, dan spiritualitas.  Terkait banten Tumpek Landep tentunya tetap mengutamakan desa kala patra dan juga kemampuan setiap umat. ***

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE

Shares: