DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Tari rejang pada tahun 2010 masuk menjadi Warisan Budaya Tak Benda atau WBTB Indonesia. Tarian yang berasal dari Bali ini memiliki beragam jenis sesuai keperuntukannya. Bahkan setiap wilayah di Pulau Dewata juga memiliki ciri khas masing-masing.
Adapun beberapa jenis rejang yang paling sering didengar adalah Rejang Renteng, Rejang Bengkel, Rejang Ayodpadi, Rejang Galuh, Rejang Dewa dan lain-lainnya. Nah dari beragam jenis rejang yang ada berikut ini adalah yang sangat sakral dan tidak bisa dipentaskan disembarang tempat.
1. Rejang Dewa
Jenis tarian ini hanya dipentaskan ketika ada pujawali di pura. Penarinya pun khusus anak-anak yang belum pernah mengalami menstruasi atau haid. Dalam proses menari, Rejang Dewa ditarikan oleh sekelompok anak-anak dengan diiringi oleh Gong Kebyar. Gerakan tarian ini sangatlah sederhana tapi dengan makna yang mendalam yakni sebagai bentuk bakti kepada sang pencipta, Tuhan Yang Maha Esa beserta fanifestasinya.
2. Rejang Renteng
Beberapa waktu sebelumnya, tarian ini juga sempat viral. Rejang Renteng ini disebut asalnya dari Nusa Penida, Klungkung. Adalah Ida Ayu Made Diastini pada tahun 1999 sebagai sosok yang merekontruksi lagi tarian tersebut. Tarian ini dibawakan oleh wanita dewasa atau pun yang sudah menikah dan umumnya dipentaskan ketika piodalan. Gong Gede akan mengiri tarian ini.
3. Tari Rejang Lanag
Berasal dari Desa Mayong, Buleleng, Tari Rejang Lanang ini sangt sakral dan hanya dipentaskan ketika Pujawali Rejang di Desa Mayong. Tarian ini diiringi oleh gong kebyar dan keunikan lainnya adalah para penarik lelaki yang berusia 5 tahun atau lelaki yang belum menikah dengan total penari 15 orang.
4. Rejang Pusung
Karangasem bisa dikatakan sebagai ‘sumber kesenian sakral’ dan salah satunya adalah Tari Rejang Pusung di Desa Geriana Kauh, Selat, Karangasem. Tarian ini dipentaskan ketika dilaksanakannya Ngusaba Goreng yakni pada Purnama Sasih Kelima dan bertempat di Pura puse, Pura Pajenengan dan juga Pura Dalem.
5. Rejang Wastra
Ada di Kabupaten Bangli, Rejang Wastra bisa ditemui di Desa Demulih ketika dilaksanakannya Karya Ngusaba Gede di Pura Pucak Demulih, Bangli. Penarinya berjumlah 2 orang yakni laki-laki dan perempuan yang berstatus sebagai jro gede atau jro mangku lanang dan jro mangku istri. Penari perempuan kemudian membawa kain atau wastra berwarna hitam dan putih yang bercerita tentang persiapan upacara di mana terjadi transaksi jual beli yang disimbolkan oleh wastra.
Itulah 5 jenis rejang sakral yang ada di Pulau Dewata sebagaimana dirangkum dari beragam sumber. ***