Jawa – Bali Pernah Alami Blackout 10 Jam, Begini Kisahnya

Jumat, 2 Mei 2025 Bali Lumpuh Total, Listrik dan Jaringan Internat Mati, Ini Penyebabnya/ balikonten
DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Jumat, 2 Mei 2025 tepat pada Penampahan Kuningan sore sekira pukul 16.10 tiba-tiba listrik dan koneksi internet mati. Tentu saja membuat semua panik berhampuran keluar memastikan apakah ini mati listrik pribadi atau massal. Ternayta kejadian mengenaskan juga pernah terjadi pada tahun 2019 dimana Jawa – Bali lumpuh total akibat listrik mati.
Tak ada yang menyangka, di tengah gencarnya pembangunan infrastruktur kelistrikan dan meningkatnya rasio elektrifikasi nasional, Indonesia masih harus menghadapi pemadaman listrik massal berskala besar. Musibah ini terjadi pada Minggu, 4 Agustus 2019—dan ironisnya, menimpa jantung ekonomi nasional: Pulau Jawa dan DKI Jakarta.
Padahal, kawasan ini berulang kali disebut oleh PT PLN (Persero) sebagai wilayah dengan cadangan energi yang melimpah dan sistem kelistrikan yang diklaim andal. Namun pada siang itu, segalanya berubah. Sekitar pukul 11.45 WIB, aliran listrik di Jabodetabek padam secara mendadak. Dalam waktu singkat, wilayah Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah turut terdampak.
Transportasi dan Komunikasi Lumpuh Serentak
Krisis listrik ini langsung melumpuhkan dua sektor vital: transportasi dan komunikasi. MRT Jakarta terpaksa menghentikan operasionalnya, bahkan harus mengevakuasi penumpang dari dalam terowongan. Begitu pula dengan KRL Commuter Line yang mengandalkan listrik sebagai sumber tenaga—ratusan jadwal perjalanan dibatalkan, menyebabkan kekacauan hingga malam hari.
Tak hanya itu, lalu lintas darat pun terganggu akibat lampu lalu lintas yang tidak berfungsi di berbagai titik. Warga yang biasanya mengandalkan transportasi online juga dibuat kesulitan karena jaringan telekomunikasi ikut terdampak. Tiga provider utama—Telkomsel, XL Axiata, dan Indosat—mengalami gangguan layanan akibat padamnya listrik.
Kondisi ini membuat aktivitas warga nyaris lumpuh. Tak hanya tak bisa internetan, sinyal ponsel untuk panggilan suara pun lenyap di sejumlah area. Sebuah ironi besar di era digital.
Penjelasan PLN dan Kilas Balik Insiden Serupa
Plt Direktur Utama PLN saat itu, Sripeni Inten Cahyani, yang baru dua hari menjabat, langsung tampil di hadapan publik dan meminta maaf. Dalam konferensi pers yang digelar di Pusat Pengatur Beban (P2B) Gandul, Sripeni menjelaskan bahwa gangguan dimulai dari Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) di wilayah Ungaran, Jawa Tengah.
“Gangguan pertama terjadi di sirkuit satu pada pukul 11.45. Lalu diikuti gangguan sirkuit dua, yang memicu kegagalan jaringan dari Depok hingga Tasikmalaya,” ungkapnya.
Sripeni menyebutkan bahwa kejadian seperti ini memang sangat jarang terjadi. Ia merujuk pada insiden serupa yang pernah melumpuhkan Jawa-Bali pada 1997 dan gangguan parsial pada 2018 di Paiton. Meski begitu, PLN berjanji akan melakukan investigasi menyeluruh dan meningkatkan keandalan sistem.
Menariknya, peristiwa kelistrikan besar juga pernah terjadi pada 18 Agustus 2005. Saat itu, kerusakan jaringan transmisi 500 KV di Saguling, Cibinong, dan Cilegon menyebabkan pemadaman di hampir seluruh Jawa-Bali. Dampaknya dirasakan oleh sekitar 120 juta orang—setara dengan separuh populasi Indonesia saat itu.
Bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kala itu turun tangan, menggelar rapat terbatas bersama Menteri ESDM, Kapolri, dan Kepala BIN. Meski sempat muncul spekulasi tentang sabotase, pemerintah menegaskan bahwa penyebabnya adalah murni kesalahan teknis.
Spekulasi Politik dan Komitmen Pemulihan
Kebetulan atau tidak, pemadaman listrik besar-besaran ini terjadi hanya dua hari setelah Sripeni menjabat sebagai Plt Direktur Utama PLN. Tak pelak, muncul spekulasi liar soal kemungkinan motif politik di baliknya.
Namun Sripeni dengan tegas membantah adanya unsur sabotase. “Kami pastikan gangguan ini murni teknis, tidak ada indikasi sabotase,” ujarnya.
Hingga malam hari, PLN berupaya memulihkan jaringan secara bertahap. Beberapa wilayah mulai kembali teraliri listrik, meski sejumlah kawasan masih dilanda kegelapan hingga tengah malam. Peristiwa ini menjadi catatan penting dalam era kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Sistem kelistrikan nasional ternyata masih menyimpan celah yang rawan, dan perlu pembenahan serius.
Evaluasi Sistem Kelistrikan Nasional
Pemadaman listrik massal 2019 menandai pentingnya evaluasi menyeluruh terhadap sistem kelistrikan Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sebagai pusat aktivitas ekonomi. Ketahanan energi bukan sekadar tentang pembangunan pembangkit, tetapi juga keandalan jaringan transmisi dan distribusi.
Kejadian ini juga menjadi alarm bagi pemerintah dan PLN bahwa cadangan energi dan infrastruktur canggih tak ada artinya tanpa sistem kontrol dan mitigasi risiko yang tangguh. Apalagi di era modern, di mana listrik bukan hanya kebutuhan, tapi tulang punggung peradaban digital.
***
