Tradisi Ikonik Galungan dan Kuningan di Bali: Perayaan Kemenangan Dharma dan Rasa Syukur Umat Hindu

Penjor Galungan oleh Jorge Láscar/ Flicker/ Balikonten
DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Bali kembali ramai dengan euforia Hari Raya Galungan dan Kuningan, momen suci yang merayakan triumph dharma atas adharma, alias kebaikan yang mengalahkan kejahatan.
Umat Hindu di Pulau Dewata menyambutnya lewat rangkaian ritual autentik yang menyatukan doa, seni, dan kebersamaan sosial. Setiap upacara dirancang untuk menolak musibah, menyampaikan syukur, serta meminta restu dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Meski variasi antar wilayah ada, inti perayaan tetap menguatkan hubungan spiritual dan komunitas. Bagi traveler yang haus pengalaman wisata budaya Bali asli, datanglah saat Galungan dan Kuningan. Anda bakal langsung menyaksikan kekayaan tradisi Hindu Bali yang masih hidup dan bernapas. Ini lima ritual menarik yang patut diketahui untuk melengkapi liburan Anda.
Penjor: Simbol Syukur yang Menghias Sepanjang Jalan Bali
Penjor jadi bintang utama di Hari Raya Galungan. Tiang bambu lengkung ini berdiri megah di depan rumah-rumah dan pinggir jalan desa. Dibuat dari janur kuning, daun kelapa muda, aneka hasil bumi, serta kain berwarna cerah, penjor melambangkan gunung suci sekaligus ucapan terima kasih atas karunia alam dari Tuhan.
Lengkung ujungnya yang mengarah ke bawah mengingatkan pada kerendahan hati: manusia wajib saling bantu mereka yang kurang beruntung. Menjelang hari H, pasar penjor dibanjiri pesanan.
Tahun 2018, misalnya, warga Banjar Jambe di Desa Kerobokan mencuri perhatian dengan penjor raksasa mencapai 16 meter. Keelokan ini makin membuat suasana Galungan di Bali terasa magis dan memikat.
Perang Jempana: Dorong-Dorongan Mistis dalam Trance di Klungkung
Di Desa Paksebali, Klungkung, ritual Perang Jempana atau Dewa Masraman digelar tiap Saniscara Kliwon Kuningan, dalam siklus 210 hari. Tradisi ini sudah berakar sejak abad ke-15. Warga Banjar Panti Timrah mengarak jempana—tandu berisi sesajen dan lambang dewa—menuju pura setempat.
Klimaksnya adalah Ngambeng Jempana, di mana peserta saling dorong jempana diiringi dentingan gong baleganjur, tak jarang dalam keadaan trance atau hilang kesadaran. Usai itu, pemangku menyiramkan air suci, lalu uang kepeng serta benang tridatu dikembalikan ke pura. Tradisi Kuningan Bali ini sarat energi gaib dan keberanian yang memukau.
Ngurek: Pengabdian Ekstrem Menusuk Tubuh Tanpa Darah di Pura-Pura Bali
Mirip atraksi debus, Ngurek kental nuansa spiritual dan dilakukan di berbagai pura saat Galungan. Peserta menusuk tubuh sendiri pakai keris atau tombak saat dirasuki roh leluhur. Istilah “Ngurek” diambil dari kata “urek” yang bermakna melubangi. Yang menakjubkan, tak ada tetesan darah atau bekas luka walau tusukan berulang.
Ini bentuk pengabdian tulus kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Hanya mereka yang berhati murni boleh ikut; kesombongan mutlak dilarang. Konon, Ngurek Galungan berawal dari pesta syukur kerajaan zaman dulu untuk menghibur para prajurit.
Ngelawang Barong: Arak-Arakan Barong oleh Anak-Anak untuk Usir Roh Jahat
Anak-anak Bali menghangatkan suasana dengan Ngelawang Barong, berkeliling dari pintu ke pintu. “Lawang” berarti pintu, sementara barong bangkung diarak diiringi alunan gamelan yang meriah. Barong sendiri melambangkan Banas Pati Raja, sang pelindung dari segala ancaman.
Ritual ini bertujuan mengusir roh jahat, mencegah penyakit, dan menolak bala. Asal-usulnya dari legenda Dewi Ulun Danu yang berubah raksasa untuk mengalahkan setan. Dulu, bulu barong yang rontok dipercaya sebagai jimat ampuh. Ngelawang Barong Kuningan membawa kegembiraan sekaligus perlindungan bagi seluruh kampung.
Gerebeg Mekotek: Tabrakan Kayu Spektakuler untuk Kesuburan Sawah di Munggu
Di Desa Adat Munggu, Mengwi, Tabanan, Gerebeg Mekotek rutin digelar setiap Kuningan. Awalnya untuk menyambut kemenangan pasukan Kerajaan Mengwi atas Blambangan. Dilarang kolonial Belanda tahun 1915 karena dicurigai memicu pemberontakan, tapi pasca wabah penyakit, ritual ini diizinkan kembali. Peserta dibagi kelompok, menumpuk kayu puspa sepanjang 2,5 meter membentuk piramida.
Dari atas, komando mengarahkan tabrakan antar kelompok. Kayu menggantikan tombak demi keselamatan. Selain tolak bala, Mekotek memohon berkah dan kesuburan tanah pertanian. Gerebeg Mekotek Bali penuh aksi adrenalin yang dipadukan doa para petani.
Galungan dan Kuningan lebih dari sekadar hari raya; ini pesta budaya yang mempersatukan umat Hindu. Rencanakan traveling Hindu Bali sekarang untuk pengalaman tak terlupakan. Tradisi-tradisi ini terus terjaga, terus mengundang kekaguman dari penjuru dunia.
