Ekonomi

Bali Alami Defisit Beras 47.505 Ton: Tantangan dan Solusi

Bali Alami Defisit Beras 47.505 Ton: Tantangan dan Solusi

 

DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Bali menghadapi tantangan besar dalam sektor pertanian, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan beras. Pada tahun 2024, kebutuhan beras di Bali mencapai 412.929 ton, sementara produksi lokal hanya mampu menyuplai 365.424 ton. Ini berarti terdapat defisit beras sebesar 47.505 ton.

Penyebab Defisit Beras

Menurut Prof. Dr. Ir. Dewa Ngurah Suprapta, M.Sc., Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Udayana (Unud), kondisi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:

  • Penyusutan Lahan Pertanian: Dari total luas lahan pertanian di Bali yang mencapai 359.694 hektare, hanya 19,97% atau sekitar 71.836 hektare yang berupa sawah.
  • Menurunnya Jumlah Petani: Banyak generasi muda yang tidak tertarik menjadi petani, sementara usia petani yang ada semakin tua dengan tingkat pendidikan yang rendah.
  • Produktivitas yang Stagnan: Intensitas produksi padi hanya mencapai 1,49 hektare per tahun dengan produktivitas gabah sekitar 6,04 ton per hektare.

[irp]

Upaya Mengatasi Defisit Beras

Prof. Dewa Suprapta menekankan perlunya kerja sama lintas sektor untuk meningkatkan produksi beras di Bali. Beberapa langkah yang dapat dilakukan meliputi:

  • Penerapan Smart Farming: Penggunaan teknologi seperti drone untuk penyemprotan pestisida dapat membantu meningkatkan efisiensi pertanian.
  • Skala Ekonomi Lebih Besar: Mendorong petani untuk mengelola lahan secara kolektif agar mencapai skala ekonomi yang lebih menguntungkan.
  • Diversifikasi Pendapatan Petani: Banyak petani di Bali yang memiliki pekerjaan sampingan, seperti menjadi pematung atau pekerja bangunan. Perlu ada upaya agar pendapatan dari sektor pertanian tetap menarik.

Kunjungan Akademisi Jepang ke Bali

Sebagai bagian dari studi internasional, enam mahasiswa Tokyo University bersama tiga profesor melakukan kunjungan ke Unud serta sejumlah kawasan pertanian di Bali, seperti Jatiluwih dan Kintamani, pada 10-15 Maret 2025. Rombongan ini dipimpin oleh Prof. Yasunobo Matsumoto dari Animal Science, Tokyo University.

[irp]

Dalam sesi diskusi, mahasiswa Jepang menyoroti tantangan yang dihadapi petani Bali, termasuk kesulitan mencapai kesejahteraan tanpa pekerjaan tambahan. Mereka juga tertarik dengan berbagai inovasi yang bisa diterapkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian di Bali.

Kerja Sama Internasional untuk Pertanian Bali

Tokyo University dan Unud terus menjalin kerja sama dalam bidang pertanian dan kesehatan hewan. Prof. I Nyoman Manik Astawa, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Unud, memaparkan berbagai tantangan kesehatan hewan di Bali, termasuk ketersediaan vaksin untuk penyakit Jembrana pada sapi.

[irp]

Kunjungan akademisi Jepang ini diharapkan dapat memperkuat kolaborasi dalam riset dan inovasi teknologi, yang nantinya dapat membantu meningkatkan sektor pertanian di Bali dan mengatasi defisit beras yang terjadi setiap tahunnya.

***

 

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE

Shares: