Jembrana, Balikonten.com – Kelompok petani Subak Abian Dwi Mekar, Desa Poh Santen, Jembrana mengekspor 10 Ton biji kakao fermentasi pada Kamis (20/8). Pengiriman kakao itu dilepas secara simbolis oleh Gubernur Bali, Wayan Koster.
Koster mengatakan kakao itu dikirim ke Osaka Jepang. “Ini salah satu implementasi dari lima bidang prioritas dalam Pola Pembangunan Semesta Berencana Menuju Bali Era Baru dalam visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali”,” ujarnya.
Saat masa pandemi, kata dia, pemerintah memberi priotitas terhadap pemulihan perekonomian di masa pandemi Covid-19, yang salah satunya di bidang pangan. Atas keberhasilan itu, dia menilai pertanian Bali masih menjadi primadona dan komoditi ekspor yang didambakan dunia ditengah pandemi Covid-19.
Untuk menjaga potensi Kakao ini tetap lestari dan memberikan manfaat secara ekonomi kepada petani, melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, pada tahun 2020 ini pihaknya telah mengalokasikan bantuan kakao sebanyak 100.000 pohon dengan luas 100 Ha.
Dan sebanyak 10.000 pohon diantaranya dialokasikan di Subak Abian Dwi Mekar, Desa Poh Santen. Kemudian ada juga bantuan bibit kelapa gajah 12.000 pohon dengan luas 100 Ha yang tersebar di beberapa Subak Abian.
Juga akan ada bantuan alat pasca panen kakao yang berlokasi di Unit Pengolahan Hasil Amerta Urip, Subak Abian Dwi Mekar, Desa Poh Santen berupa bangunan pengolah hasil, unit pengering solar drayer, dan kotak fermentasi serta timbangan duduk.
“Dulu waktu saya menjadi Calon Gubernur Bali, sempat berkunjung ke perkebunan kakao ini, saya lihat kualitasnya bagus, dan sudah saya prediksi waktu itu potensi Kakau Bali khas Jembrana ini luar biasa, sehingga dulu saya berfikir perlu didukung perkebunan ini dari hulu dan hilir, ternyata hilirnya sudah bergerak sendiri sampai ke Eropa,” ucapnya.
Dia mengatakan yang perlu ditingkatkan adalah produksi bakso drngan cara memperluas lahannya produktif. “Setelah Kakao, dan Manggis, kita perlu memikirkan Salak Bali, Buah Naga untuk bisa difasilitasi di Direktorat Bea Cukai dengan bekerjasama dengan sejumlah negara untuk membuka ekspor produk-produk Bali,” ujarnya.
Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Ida Bagus Wisnuardhana mengatakan Jembrana merupakan kabupaten dengan luasan kebun kakao terbesar di Bali yang mencapai 43,25 persen, sekaligus merupakan kabupaten yang memiliki konsen untuk mewujudkan Kakao Fermentasi di Bali.
Secara harga, Kakao Jembrana harganya sangat spesifik berkisar antara Rp 58.000 sampai 60.000 per Kg, dan mungkin ini merupakan harga kakao fermentasi termahal di Indonesia.
“Gambaran ekspor Kakao Fermentasi pada hari ini membuka mata kita bahwa sektor pertanian, khususnya sub sektor perkebunan masih tetap eksis pada situasi pandemi Covid-19,” jelasnya. (801)