Begini Profil Menteri 3 Presiden di Indonesia, Sri Mulyani Indrawati
Sri Mulyani Buka Suara Pasca-IHSG Terjun Bebas: Lelang SUN Tetap Moncer/ balikonten
DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Sri Mulyani Indrawati, nama yang tak asing di dunia ekonomi Indonesia, kembali dipercaya sebagai Menteri Keuangan RI untuk periode 2024-2029 dalam Kabinet Merah Putih di bawah Presiden Prabowo Subianto. Sebagai ekonom senior, ia mencatatkan sejarah sebagai Menteri Keuangan dengan masa jabatan terlama di Indonesia, melayani tiga presiden: Susilo Bambang Yudhoyono, Joko Widodo, dan kini Prabowo Subianto. Kiprahnya dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional membuatnya menjadi figur sentral di panggung ekonomi Indonesia dan dunia.
Perjalanan Karier yang Gemilang
Lahir di Bandar Lampung pada 26 Agustus 1962, Sri Mulyani adalah anak ketujuh dari sepuluh bersaudara. Kedua orang tuanya, Prof. Dr. Satmoko dan Prof. Dr. Retno Sriningsih, adalah guru besar di Universitas Negeri Semarang (UNNES), yang menanamkan nilai pendidikan sebagai prioritas utama. Jiwa akademis keluarga ini membentuk Sri Mulyani menjadi sosok cerdas sejak dini. Ia menempuh pendidikan di SMP Negeri 2 Bandar Lampung (1975-1978) dan SMA Negeri 3 Semarang (1978-1981), di mana ia meraih predikat juara sekolah dan aktif sebagai ketua OSIS.
Pendidikan tinggi Sri Mulyani dimulai di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), di mana ia meraih gelar sarjana pada 1986 sebagai lulusan terbaik. Ia kemudian melanjutkan studi pascasarjana di University of Illinois at Urbana-Champaign, Amerika Serikat, meraih gelar master pada 1990 dan doktor pada 1992 dengan disertasi tentang efek pajak penghasilan terhadap tenaga kerja di Indonesia. Di Amerika, ia juga bekerja sebagai asisten dosen statistik sambil membesarkan keluarganya.
Kiprah Akademik dan Awal Karier Pemerintahan
Selepas studi doktoral, Sri Mulyani kembali ke UI sebagai dosen dan peneliti di Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (LPEM). Pada 1998, di tengah krisis ekonomi, ia bersama ekonom ternama seperti Anwar Nasution dan Mari Elka Pangestu menandatangani “Deklarasi Penyelamatan Ekonomi Indonesia,” menyerukan langkah konkret untuk menyelamatkan perekonomian nasional. Ia memperingatkan risiko revolusi sosial jika krisis tak tertangani, menunjukkan kepekaannya terhadap isu ekonomi dan sosial.
Karier pemerintahan Sri Mulyani dimulai pada 1999 sebagai Sekretaris Dewan Ekonomi Nasional di bawah Presiden Abdurrahman Wahid. Pada 2001, ia menjadi konsultan USAID dan mengajar di Andrew Young School of Policy Studies, Georgia State University. Setahun kemudian, ia terpilih sebagai Direktur Eksekutif IMF mewakili 12 negara ASEAN, menandai langkah besar di panggung internasional.
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia
Pada 2004, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengangkat Sri Mulyani sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, sebelum memindahkannya ke posisi Menteri Keuangan pada Desember 2004. Di bawah kepemimpinannya, ekonomi Indonesia tumbuh 6,3 persen pada 2007, dengan rasio utang terhadap PDB turun drastis dari 57 persen menjadi 28,3 persen dalam lima tahun. Keberhasilannya menarik kepercayaan investor dan menjaga stabilitas makroekonomi.
Pada 2010, Sri Mulyani diangkat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia, bertanggung jawab atas strategi operasional dan kerja sama dengan negara-negara klien. Ia menjabat hingga 2016, sebelum kembali ke Indonesia atas panggilan Presiden Joko Widodo untuk menjadi Menteri Keuangan dalam Kabinet Kerja (2016-2019) dan Kabinet Indonesia Maju (2019-2024). Di era Jokowi, ia berhasil menjaga defisit APBN 2018 pada 1,76 persen terhadap PDB, angka terendah sejak 2012, meski menghadapi ketidakpastian ekonomi global.
Penghargaan dan Pengakuan Dunia
Kinerja Sri Mulyani menuai pengakuan global. Pada 2006, ia dinobatkan sebagai Menteri Keuangan Terbaik se-Asia oleh Emerging Market Forum dan Menteri Keuangan Terbaik Dunia oleh Euromoney. Forbes menempatkannya dalam daftar 100 wanita paling berpengaruh di dunia pada 2008 dan 2009, sementara Globe Asia memilihnya sebagai wanita kedua paling berpengaruh di Indonesia pada 2007. Pada 2018, ia meraih gelar Menteri Terbaik di Dunia dari World Government Summit dan Menteri Keuangan Terbaik dari Global Markets.
Kehidupan Pribadi
Sri Mulyani menikah dengan Tonny Sumartono dan dikaruniai tiga anak: Dewinta Illinia, Adwin Haryo Indrawan, dan Luqman Indra Pambudi. Meski hidup sederhana selama studi di Amerika, ia tetap fokus pada pendidikan dan karier. Ia pernah berbagi analogi bahwa mengelola ekonomi Indonesia seperti mengemudikan kapal di tengah badai, sebuah tugas yang ia jalani dengan penuh dedikasi.
Warisan dan Tantangan ke Depan
Sebagai Menteri Keuangan di tiga era kepresidenan, Sri Mulyani terus membuktikan kemampuannya dalam menavigasi tantangan ekonomi. Dengan pengalaman di IMF, Bank Dunia, dan pemerintahan Indonesia, ia menjadi salah satu ekonom paling berpengaruh di dunia. Di periode 2024-2029, ia dihadapkan pada tugas berat menjaga stabilitas ekonomi di tengah dinamika global, sembari mempertahankan kepercayaan investor dan masyarakat.
***