Benarkan Buda Wage Klawu Tidak Boleh Membayar Hutang? Begini Penjelasannya

Buda Wage Ukir juga dikenal sebagai Buda Cemeng Ukir/ Balikonten/ Raw_Image6/ Pixabay
DENPASAR, BALIKONTEN.COM –
Buda Cemeng Klawu, atau sering disebut Buda Wage Klawu adalah salah satu rahina suci dalam kalender Saka-Bali yang diperingati setiap 210 hari sekali, tepatnya pada hari Rabu Wage di wuku Klawu. Hari ini didedikasikan untuk memuja Bhatara Rambut Sedana, yang identik dengan Dewi Laksmi, dewi kemakmuran dan kesejahteraan. Bagi umat Hindu di Bali, tradisi ini bukan sekadar ritual, melainkan c personally refleksi spiritual yang sarat makna.
Esensi Spiritual Buda Cemeng Klawu
Hari suci ini memiliki tempat khusus di hati masyarakat Bali, terutama mereka yang berkecimpung di dunia perdagangan, keuangan, dan usaha. Pedagang pasar, pemilik warung, restoran, hingga pelaku bisnis besar kerap melaksanakan ritual sederhana dengan menempatkan sesajen di tempat penyimpanan uang, seperti brankas atau laci kas. Ritual ini menjadi wujud syukur atas rezeki yang telah diberikan serta doa agar kelimpahan terus mengalir.
Menurut lontar Sundarigama, Buda Cemeng Klawu adalah waktu untuk memurnikan pikiran dan menjauhkan diri dari sifat-sifat duniawi. Dalam teks kuno ini disebutkan:
Buda waga, ngaraning Buda Cemeng, kalingania adnyana suksema pegating indria, betari manik galih sira mayoga, nurunaken Sang Hyang Ongkara mertha ring sanggar, muang ring luwuring aturu, astawakna ring seri nini kunang duluring diana semadi ring latri kala.
Berdasarkan terjemahan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Tabanan tahun 1976, hari ini menandai yoga spiritual Bhatari Manik Galih yang menurunkan Sang Hyang Omkara Amerta, yaitu inti kehidupan, ke dalam dimensi spiritual. Makna ini mengajak umat untuk merenungkan hubungan mereka dengan nilai-nilai ketuhanan dan keseimbangan hidup.
Tradisi dan Larangan di Hari Suci
Salah satu ciri khas Buda Cemeng Klawu adalah larangan melakukan transaksi keuangan, seperti membayar utang, menagih piutang, atau menabung. Aturan ini mengingatkan pentingnya pengendalian diri dan menahan hawa nafsu, meskipun dalam kehidupan modern, larangan ini sering kali sulit diterapkan sepenuhnya. Namun, esensi dari larangan ini tetap relevan: mengajarkan kedisiplinan dan kesadaran akan keseimbangan antara kebutuhan materi dan spiritual.
Pelajaran Abadi dari Tradisi
Buda Cemeng Klawu bukan hanya soal ritual, tetapi juga tentang introspeksi. Hari suci ini mengajak umat Hindu Bali untuk merenungkan makna kemakmuran sejati, yang tidak hanya diukur dari harta, tetapi juga dari ketenangan batin dan kedekatan dengan Tuhan. Nilai-nilai luhur ini tetap menjadi pegangan, bahkan di tengah tantangan zaman yang terus berubah.
Dengan memahami dan menjalankan tradisi ini, masyarakat Bali tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga memperkuat ikatan spiritual yang menjadi fondasi kehidupan mereka. Buda Cemeng Klawu adalah pengingat bahwa di balik kesibukan duniawi, ada makna mendalam yang patut direnungkan dan dihayati.
***
